MAKALAH ETIKA
DAKWAH
“ETIKA
MENGGUNAKAN MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK”
Makalah ini dibuat
untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Etika Dakwah
Dosen Pembimbing:
Dra. Sun Fatayati ,M.M
Disusun oleh:
Abdurrohman As.
INSTITUT AGAMA ISLAM
TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI
FAKULTAS DAKWAH
PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
Masa
Khidmad : 2015-2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah
SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca dan
umumnya bagi teman-teman semua. Amin…
Kediri,
17 Maret 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
1.
Halaman
sampul 01
2.
Kata
pengantar 02
3.
Daftar
isi 03
4.
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar belakang 04
B. Rumusan masalah 04
5.
Bab 2
Pembahasan
A.
Pengertian Etika 05
B.
Pengertian Media Dakwah 05
C.
Pengertian Media Cetak 06
D.
Pengertian Media Elektronik 08
E.
etika Siaran Dakwah di Media Elektronik 13
6.
Bab 3
Penutup
A.
Kesimpulan 14
B.
Kritik dan Saran 14
7.
Daftar
pustaka 15
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Media elektronik adalah salah satu media yang dapat
dijadikan sarana atau media dalam berlangsungnya proses komunikasi selain media
cetak. Keberadaan media elektronik terus berkembang. Bahkan kini telah banyak
televisi-televisi atau radio-radio swasta. Itu artinya, media elektronik
mengalami perkembangan yang cukup signifikan, walaupun baru hanya pada mangsa
pasar lokal.
Membicarakan Etika Komunikasi Penyiaran Dakwah
Melalui Media Audio (Radio) tidak di pungkiri kita sedang membicarakan secara
tidak langsung makna dari dakwah, yang artinya dari kata da’a, yad’u, da’watan
adalah ajakan, seruan, undangan dan panggilan menuju jalan Allah SWT.
Oleh karena itu, dakwah ”dituntut” untuk mengalami
dinamika secara internal, yang dalam prosesnya terjadi ”tarik-ulur” antara
dakwah dengan kondisi masyarakat. Perjalanan dakwah awalnya diperintahkan, lalu
dilaksanakan kemudian disadari bahwa dakwah menjadi sebuah kebutuhan, karena
syarat dengan manfaat dan penyelamat, dakwah pun menjadi aktivitas disetiap
tempat dan waktu, menghadapi berbagai situasi, kondisi dan tantangan.
Melihat realita yang terjadi pada saat ini, ketika
dakwah banyak digandrungi mad’u muda dan menjadi sebuah kebutuhan karena dakwah
tidak lagi dipandang tua atau kolot namun minimnya
wadah yang mampu mengapresiasikan keinginan mad’u muda ini yang
membuat mad’u digolongan muda menjadi jenuh, dan kembali berpandangan
seperti awal lagi bahwa yang nama nya dakwah itu identik dengan orang-orang tua
dan membosankan.
Sebagai jawabannya, maka dari itu saya
sebagai akademisi dakwah berusaha membangun dan menciptakan landasan dakwah
serta wadah dakwah menjadi lebih menarik ketika kita bungkus ke
dalam media audio (Radio) tanpa melupakan konsep etika dalam dakwah ketika
disampaikan didalam media yang identik untuk hiburan. Sehingga pesan dakwah
dapat tersampaikan dan diterima oleh semua kalangan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertia dari etika
adalah ?
2.
Pengertian dari media
cetak adalah ?
3.
Pengertian dari media
elektronik adalah ?
4.
Apa
saja etika dalam pemanfaatan media cetak dan elektronik ?
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Etika
Etika berasal dari kata ethos yaitu untuk suatu kehendak baik yang tetap. Etika
berhubungan dengan soal baik atau buruk, benar atau salah. Etika adalah jiwa
atau semangat yang menyertai suatu tindakan. Dengan demikian etika dilakukan
oleh seseorang untuk perlakuan yang baik agar tidak menimbulkan keresahan dan
orang lain menganggap bahwa tindakan tersebut memang memenuhi landasan etika.
B.
Pengertian
Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk
jamak dari medium. Secara etimologi yang berarti alat
perantara. Wilbur Schramn mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang
dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan
media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran,
seperti buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dakwah yaitu
alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada
mad’u.Dengan banyaknya media yang ada, maka da’i harus memilih media yang
paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media
adalah sebagai berikut:
1.
Tidak ada satu
media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan
dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik (kelebihan, kekurangan,
keserasian) yang berbeda-beda.
2.
Media yang
dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.
3.
Media yang
dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.
4.
Media yang
dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
5.
Pemilihan media
hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya pemilihan media bukan
atas dasar kesukaan da’i.
6.
Kesempatan dan
ketersediaan media perlu mendapat perhatian.
7.
Efektifitas dan
efesiensi harus diperhatikan.
Pada
hakikatnya media adalah segala sesuatu yang merupakan saluran dengan mana
seseorang menyatakan gagasan, isi jiwa atau kesadarannya. Dengan kataa lain
media adalah alat untuk menyalurkan gagasan manusia dalam kehidupan masyarakat.
Media
dibagi oleh Arifin ke dalam 3 bentuk :
1.
Media yang menyalurkan
ucapan (spoken word)
Termasuk juga yang
berbentuk bunyi, yang sudah dikenal sejak dahulu dan dapat dimanfaatkan sebagai
medium utama. Dan dapat ditangkap oleh telinga maka dinamakan
juga auditive media. Yang tergolong dalam media ini antara lain : gendang,
kentongan, telepon, radio.
2.
Media yang menyalurkan
tulisan (printed writing)
Karena hanya bisa di
tangkap oleh mata maka disebut juga visual mediamedia yang termasuk
golongan ini : pamflet, poster, brosur, baliho, spanduk, surat kabar.
3.
Media yang menyalurkan gambar hidup
Karena dapat ditangkap
oleh mata dan telinga sekaligus, maka disebut audio visual da yang
termasuk dalam media ini hanya film dan televisi.
C.
Pengertian Media Cetak
Media cetak adalah alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis. Dengan adanya media cetak kita dapat menggunakannya sebagai
sarana komunikasi dan juga sebagai sarana mendapatkan informasi yang aktual.
Sehingga media cetak dapat di fungsikan sebagai:
1.
Fungsi
Menjelaskan
Fungsi
untuk menjelasan merupakan fungsi utama dari media komunikasi. Media komunikasi
pertama kali dikembangkan untuk membantu menjelaskan sesuatu. Informasi itu
sendiri adalah materi pembelajaran yang sudah sesuai dengan materi kurukulum
yang berlaku. Dengan demikian dalam fungsi ini menempatkan media komunikasi
sebagai alat bantu menjelaskan atau memaparkan materi informasi.
2.
Fungsi Menjual
Gagasan
Fungsi
ini hampir sama dengan fungsi yang pertama, dan perbedaannya terletak pada isi
dan sumber informasi yang akan disampaikan. Dalam fungsi menjual gagasan isi
dan sumber berasal dari penyaji itu sendiri. Fungsi ini sering membantu
komunikan untuk menyampaikan gagasan baru yang bersifat inovatif yang biasanya
gagasan untuk memecahkan masalah.
3.
Fungsi
Pembelajaran
Yang
dimaksud dengan fungsi pembelajaran adalah fungsi media untuk membelajarkan
siswa atau mahasiswa yang bukan hanya sekedar menerima informasi yang
disuguhkan tetapi bagaimana media dapat merangsang siswa untuk beraktivitas
mencapai tujuan pembelajaran. Posisi media bukan hanya sebagai penyaji akan
tetapi juga memperhatikan posisi penerima pesan.
4.
Fungsi
Administratif
Fungsi
administratif adalah pemanfaatan media sebagai alat bantu lembaga pendidikan
dalam menyebarkan informasi tentang kegiatan administrasi akademik. Dilihat
dari fungsinya media pembelajaran harus dikemas sesuai dengan kegunaannya.
Media massa baik certak maupun elektronik mempunyai daya jangkau amat luas
dan tidak mengenal sekat-sekat keagamaan. maka dakwah apapun yang dilakukan
melalui media massa dapat menjangkau siapa saja dari agama apa saja. dan jistru
itu dakwah melalui cara ini diharapkan materi, cara dan gayanya disesuakan agar
tetap efektif dan tidak membawa dampak yang siknifikan.
Sejak berabad-abad yang lalu dakwah islam juga
dilakukan oleh para pendahulu melalui jalur media massa, dalam hal ini seni
budaya yang dikemas dalam bentuk tontonan , dan terbukti sangat berhasil .
melalui jaran nilai-nilai yang disisipkan dengan sangat diperhitungkan, islam
menyebar ketengah masyaraka ty dengan santun dan diterima dengan damai pula.
Misalnya pentas wayang lakon bima ngaji(atau lakon dewa ruci)yang
digubah oleh seorang wali menyisipkan nilai-nilai ketuhanan. inti pesan yang
disisipkan dalm lakon wayang kulit ini adalah ajran pengenalan terhadap diri
sendiri yang akan mengantarkan manusia mengenal tuhannya.
Dalam serat kalatidha, seorang santri jawa yang menjadi kasunan surakarta
yaitu raden bagus burham atau raden ngabei ranggawarsita pada tahun 1860
menulis tenbamg sinom yang amat terkenal . dalam satu bait temabang
sinomnya itu rangga warsita menulis,... begja-begjane kang lali , luwih begja
kang eling klawan waspada.( seberuntung orang yang lupa kepada tuhan
lebih beruntung mereka yang tetap ingat dan menjaga diri). klimat ini syarat
dengan nilai ajaran dzikullah yang menjadi salah satu tujuan utama ibadah
sholat.
Mangku negara iv dalam salah satu bait tembang dhandhanggula menulis,
wenang sami ngrawuhan pati, wong agesang tan wurung palastra ( ketahuilah
kalian tentng maut, manusia hidup tak urung akan meninggal). bandingkan
kata-kata itu dengan sabda, cukuplah maut menjadi pelajaran, dan semua manusia
akan mati.
Ketika para pendahulu berdakwah dengansarana seni (lakon wayang tembang,
puji-pujian, dan gendhing) sebenernya mereka berhadapan dengan masyarakat yang
sangat mayoritas masih beragama hindu, budha, atau kepercayaan lokal. oleh
karena itu para pendahulu amat memperhatikan etika dakwah, dan cara yang mereka
tempuh adalah mengedepankan nilai-nilai islam, sedangkan dakwah ajaran formal
menyusul, dan bisa jauh di belakang.
Dalam berdakwah para pendahulu tidak hanya mempewrhatikan kemampuan
berkomunikasi dengan baik tetapi mereka juga menunjukkan nilai kepribadian yang
handal sehingga mereka memberi sumbangan pada keberhasilan dakwah.
Seiring dengan
kemajuan ilmu dan teknologi di peran media massa makin penting dan dominan
sebagai sarana komunokasi. saat ini dakwah bisa dilakukan melalui media cetak,
radio, film, televisi, internet dst. namun demikian etika dakwah tetap harus
dijunjung tinggi terutama karena budaya kita adalah budaya yang mewajibkan kita
menghormati dan menjaga perasaan orang lain baik yang seiman maupun yang
berbeda keyakinan. pluralitas internal juga harus dihomati karena kita
berbudaya Nusantara yang toleran terhadap perbedaan faham dan keyakinan.(Catatan:
Bandingan dengan budaya padang pasir yang kaku dan keras . Pada abad 19 terjadi
gerakan pembaharuan Islam di jazirah Arab. Gerakan ini menghalalkan harta dan
darah sesama muslim yang tidak sepaham dengan mereka).
Saat ini dakwah di media massa pada umumnya sudah berjalan baik. para juru
dakwah yang menulis di media cetak rata-rata menguasai etika berdakwah. juga
mereka yang berceramah di radio atau televisi namun, karena persaingn yang
keras pada industri media massa maka berdakwah melalui jalur itu terutama jalur
televisi sering kali terbawa arus "memenuhi tuntutan pasar" atau
mengejar rate siaran. dengan penguasa ilmu dan pengetahuan agama yang
pas-pasan, asal terkenal dan berpenampilan menarik seseorang bisa berperan
sebagai kyai, ustadz atau ustadzah yang berkiprah dalam siaran televisi,.
memang ada segi baiknya karena figur-figur yang populer mudah menjangkau audien
terutama kalangan muda. Ruginya, citra keluhuran dan kemuliaan Islam sering mejadi taruhan.
Dalam
dunia sastra saat ini, dakwah juga berjalan baik. Puisi, cerpen, teater,
lagu dan novel menjadi nedia massa yang produktif. Namun karena tuntutan
penguatan identitas, seringkali sastra dakwah terbawa arus formalisme agama.
Hali ini membuat karya satra tersebut menjorok dan memasuki wilayah para guru
agama. Memang muatan dakwah dalam karya sastra tersebut menjadi jelas(atau
vulga???). Tetapi ada resiko membuat orang dari agama lain menghindarinya,
suatu hal yang tak perlu terjadi bila karya satra dakwah itu tetap pada jalur
menyebarkan nilai-nilai. Wallahu a'lam.(Ahmad Tohari)
D.
Pengertian
Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang menggunakan
elektronik atau energi elektromekanis bagi pengguna akhiruntuk mengakses
kontennya. Istilah ini merupakan kontras dari media statis (terutama media
cetak), yang meski sering di hasilkan secara elektronis tetapi tidak
membutuhkan alat elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir atau user. Sumber
media elektronik yang familiar bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman
video, rekaman audio, presentasi media dan konten dering. Media elektronik
dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun media baru umumnya berbentuk
digital. Media elektronik yang sering di temui adalah seperti Radio, TV, Film,
Audio dan lain-lain.
Mengenai macam-macam media elektronik yang dapat dimanfaatkan para
da’i masa kini untuk menyiarkan dakwahnya berkutat pada radio, televisi, film
dan internet. Sebenarnya masih banyak lagi sarana ataupun media-media
elektronik yang dipakai untuk menyiarkan dakwah, seperti handphone, telegram,
dan faximile. Namun sarana itu saat ini sudah dinilai kurang marak dari hingar-bingar
dakwah melalui media elektronik.
a.
Radio
Berdakwah atau menyerukan kebaikan tidak hanya terbatas diatas
mimbar saja, dan pada masa yang moderen ini radio merupakan salah satu
sarana atau media yang bisa digunakan untuk memperluas dakwah. Dalam bukunya
Asep kusnawan (Komunikasi penyiaran Islam: 2004), Ada beberapa factor efektivitas
siaran baik itu disebabkan daya kekuatan yang dimilikinya. Diantaranya adalah
daya langsung, daya tembus, dan daya tarik.
1. Daya
Langsung
Tabligh atau berdakwah melalui siaran radio dalam ragka mencapai
sasaran yakni pendengar tidak harus mengalami proses yang kompleks. Setiap
materi dakwah tinggal diucapkan didepanmicropoun radio. Pelaksanaannyapun
berlangsung dengan mudah dan cepat. Setiap informasi atau berita yang terjadi,
saat itupun dapat disiarkan secara langsung. Bahkan suatu peristiwa dapat diikuti
oleh pendengar pada saat peristiwa itu berlangsung.
2. Daya
Tembus
Daya tembus yang dimaksud disiniu adalah siaran radio tidak
mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, jarak pun tidak menjadi masalah
tergantung pada daya pancar pemancar. Yang pasti adalah bagaimanapun jauhnya
tempat yang dituju oleh tabligh lewat siaran radio siaran, dapat ditembusnya
selama masih dalam jangkauan pemancar.
3. Daya
Tarik
Factor selanjutnya yang menjadikan radio tetap diminati adalah
adanya daya tarik, yaitu sifat tabligh atau dakwah yang serba hidup atas tiga
unsure yang ada pada radio itu sendiri.
a) Musik
Salah satu hal yang menjadi daya tarik bagi dakwah melalui radio
adalah hadirnya musik. Tidak sedikit orang mendengarkan radio dengan motifasi
mencari hiburan atau mendengarkan musik. Maka dari itulah petugas yang
berurusan langsung dengan radio siaran berusaha agar segala macam program
selalu ada nuansa hiburan didalamnya.
Jika berdakwah melalui radio, hiburan masih bisa dipertahankan
dengan mendesain hiburan itu sedemikian rupa dan tidak kontra dengan program
yang sedang mengudara. Jenis hiburanya atau musiknya bisa memilih lagu-lagu
yang bernuansa atau bernafaskan Islami.
b.
Sifat Radio
Siaran
Auditif, yang dimaksud dengan auditif adalah
keberadaan siaran radio hanya untuk didengar. Siaran yang sampai ke telinga
pendengar pun hanya sepintas lalu saja. Dengan adanya sifat radio itu, maka ada
positif dan negativenya berdakwah melaui radio. Seorang da’i tidak bisa melihat
langsung dampak dari materi dakwah yang teah disampaikannya terlebih jika tidak
adanya sesi tanya jawab.
Ganguan, sebanagi media massa radio tidak luput dari
kekurangan yaitu terjadinya ganguan. Beberapa kemungkinan ganguan yang bisa
terjadi antara lain factor bahasa, ganguan padachanel, serta ganguan factor
mekanik atau yang berhubungan dengan peralatan (mesin).
Siaran radio tidak semulus dan sesempurna komunikasi antara dua
orang yang berhadap-hadapan, sebab ia dilakukan melalui media dan medianya itu
sendiri rentan terhadap ganguan. Ganguan yang sifatnya alamiah, diantaranmya
sinar matahari yang mempengaruhi kejelasan siaran radio. Siaran juga terkadang
dipengaruhi oleh cuaca dan turun naik gelombang atau ganguan teknis yang
berupa tumpang tindih gelombang. Selain itu masih banyak ganguan yang lain
terlebih jika radio tersebut sederhana sehingga berbagai kelemahan penagkapan
siaran terjadi.
c.
Unsur-unsur
Radio
Siaran radio sebagai output stasiun penyiaran yang
dikelola oleh organisasi penyiar, merupakan hasil perpaduan antara kreativitas
manusia dan kemampuan sarana, atau antara perangkat keras dengan perangkat
lunak.
Perangkat keras diantaranya:
- Sarana
dan prasarana
- Pemancar
dan perangkatnya
Perangkat lunak:
- Manusia
sebagai pengelola
- Program
d.
Memahami Tugas
dan Pekerjaan Penyiar
Menjadi penyiar merupakan satu pekerjaan yang khas. Pekerjaan itu
perlu dipelajari sepeti pekerjaan lainya, serta dibutuhkanya keterampilan atau
kecakapan tersendiri. Menurut ahli radio, Ben G. Hennke dalam Onong Uchjana
Efendi (1978:124), keahlian penyiar meliputi:
1. Komunikasi
gagasan (communication of ideas)
2. Komunikasi
kepribadian (communication of personality)
3. Proyeksi
kepribadian (projection of personality)
- Keaslian
(naturaless)
- Kelincahan
(vitality)
- Keramahan
(friendliness)
- Kesanggupan
menyesuaikan diri (adaptability)
4. Pengucapan
(pronouncation)
5. Control
suara (voice controle)
- Pola
titi nada (pitch)
- Kerasnya
suara (loudess)
- Tempo
(time)
- Kadar
suara (quality) (Asep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran
Islam, 2004: 51-61)
e.
Telivisi
Tidak dipungkiri, dewasa ini telivisi merupakan media massa yang
sangat popular di tengah masyarakat. Ia ada hampir disetiap tempat-tempat umum,
kantor, rumah bahkan kamar. Oleh karena itu setiap informasi yang disampaikan
melalui media telivisi akan sangat mudah sampai ketengah kaangan
masyarakat.demikian juga pula yang disampaikan melalui telivisi adalah
pesan-pesan dakwah atau tabligh maka dengan cepat tersosialisasikan.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini ada sekitar 20-23 juta
rumah tangga yang memiliki pesawat TV. Tidak kurang dari 18 jam sehari berbagai
acara dan informasi dijejalkan pada pemirsa di seluruh tanah air. Itu berarti
hanya ada enam jam sehari waktu yang masih kosong. Itu pun ketika jam tayang
relative sama. Ketika sudah mulai banyak stasiun TV
yang non-stop, berarti waktu kosong melihat TV semakin mengecil.
Jika rillnya demikian, sudah saatnya kita
memikirkan bagaimana caranya mengambil bagian dalam waktu yang cukup dominan
pada kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan hal-hal tertentu yang benar dalam
bingkai dakwah. Selama ini banyak umat Islam hanya menjadi orang yang menikmati
hasil karya orang lain. Kalaupun ada yang sudah mampu memberikan warna itupun
belumbegitu besar. Ketika umat Islam bisa lebih menempati bagian-bagian tekhnologi,
tidaklah mustahil komunikasi penyiaran dakwah akan berkibar dengan sukses.
f.
Unsur-unsur
dalam Siaran Televisi
Dalam suatu siaran telivisi terdapat sejumlah unsure. Masing-masing
unsure tersebut tidak hanya memiliki tugas dan tangung jawab masing-masing,
tetapi juga berada dalam suatu sisitem kerja yang terkoordinasi yang semuanya
berangkat untuk menyajikan acara penyiaran sebaik mungkin untuk yang
mengkonsumsi acara televise (pemirsa).
1) Proses
Penyajian Acara
Dalam sebuah penyajian acara, seorang da’i atau mubaligh televise
akan berhubungan erat dengtan berbagai pihak yang terlibat didalam proses
penyajian suatu acara siaran televise, diantaranya prosedur, pengarah acara,
asisten pengarah acara dan masih banyak lagi orang-orang yang akan terlibat didalam
sebuah produksi televisi. Berbeda dengan penyiaran radio, televisi memiliki
kesulitan dan kerumitan yang lebih dari radio. Maka dari itulah orang-orang
atau sumber daya manusia yang menaganinya pun haruslah banyak dan memiliki
disiplin ilmu tersendiri.
2) Pola
Acara Siaran Televisi
Dunia penyiaran memiliki dampak yang sangat luas di masyarakat,
sehingga perencanaan menjadi sangat penting untuk menentukan acara yang akan
dirasakan. Perencanaan meliputi pengadaan materi siaran (produksi) serta
penyiran materi siaran tersebut. Pengadaan mata acara (pogram) dalam siaran
dapat diperoleh melalui:
1. Diproduksi
sendiri
2. Diproduksi
dengan melibatkan pihak lain
3. Hasil
pertukaran program dengan stasiun lain
4. Dibeli
dari usaha rumah poduksi (production house)
5. Merelai
dari stasiun produksi lain
Hal yang harus ada pada mata acara:
- Judul
mata acara
- Kriteria
atau batasan penyiaran
- Format
atau bentuk penyajian
- Durasi
atau lama waktu siaran
Penentuan mata acara hendakya dilandasi oleh:
- Misi,
fungsi dan tugas stasiun penyiaran
- Landasan
filosofi, konstitusional dan operasional
- Hasil
riset khalayak sebagai konsumen
- Norma,
etika, estetika yang berlaku
- Kebijakan
interen dan eksteren
Keterampilan bagi seorang penyiar merupakan aspek yang penting,
salah satunya adalah keterampilan berbahasa yang didalamnya memiliki empat
komponen. Keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca
dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubunganya
dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa yang digunakan seseorang,
semakin cerah dalam berbahsa, maka semakin jelas pulalah jalan pikiranya.
Ketermpilan yang dimiliki hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara sering
berlatih. Melatih keterampilan berbahasa seperti pula melatih keterampilan
berpikir.
Bahasa yang digunakan dalam dunia televisi sangat khas, karena
memadukan kata-kata, suara dan gambar bergerak secara bersama-sama dan
seketika. Dalam perspektif komunikasi, berita memiliki daya tarik
tersendirisebagai suatu pesan:
1. Organisasi
pesan
2. Urutan
pesan
3. Gaya
pesan
4. Daya
tarik pesan
Organisasi pesan adalah bagaimanan cara mengorganisasikan pesan
yang akan disampaikan oleh televisi. Asep Kusnawan dalam (Komunikasi
Penyiaran Islam, 2004: 73-85).
E. Etika Siaran Dakwah di Media Elektronik
Berikut adalah beberapa etika atau akhlak yang
harus di miliki saat berkomunikasi dakwah di radio:
a.
Memperhatikan etika
berbicara diantaranya;
1.
Qawlan
Ma’rufan. Artinya berkomunikasi yang baik dalam
menyampaikan dakwah. Etika tersebut tentu akan lebih penting lagi jika dilihat
dari sudut komunikasi massa yang pendengarnya bersifat missal seperti radio.
Bila dai tidak mampu berkomunikasi lisan secara baik dan pantas dengan publik,
maka sebetulnya ia dinilai sebagai dai yang tidak mempunyai etika komunikasi.
2.
Qawlan Kariman. Artinya berkomuikasi
dengan perkataan yang muia. Dalam siaran dakwah di radio “Qawlan Kariman”
mengisyaratkan sau prinsip utama dalam etika komunikasi Islam sebagai
penghormatan kepada mad’u (pendengar).
3.
Qawlan Maysuran. Artinya berkomunikasi
dengan perkataan yang pantas. Dalam berdakwah di radio, dai dianjurkan untuk
menyajikan bahasa yag mudah dicerna oleh pendengar. Dalam Al-Quran dikemukakan
istilah “Qawlan Maysuran” yang merupakan tuntutan untuk melakukan
kounikasi dengan mempergunakan bahasa yag mudah dimengerti dan melegaka
perasaan.
4.
Qawlan Balighan. Artinya perkataan
yang mengena. “Qawlan Balighan” dapat diterjemahkan degan komunikasi
yang efektf. Jadi, dai harus mampu berdakwah dengan mengguaka bahasa yang akan
mengesankan atau membekas di hai pendengar. Sehigga pendengar tersentuh hatinya
untuk mengamakan pesan dakwah yang diterimanya.
5.
Qawlan
Layyinan. Artinya komunikasi yang lemah lembut.Dai
harus berkomunikasi degan lembut, tanpa emosi, apalagi mencaci-maki pendengar
yang sedang dibawa ke jalan yang benar. Karena dengan cara sepert ini bisa lebih cepat dipahami oleh
lawan dialog.
a.
Mengerti
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh media komunikasi radio.
b.
\Melaksanakan teknik
siaran di radio dengan baik.
c.
Menguasai
prinsip-prinsip dakwah melalui siaran di radio..
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Etika berasal dari kata ethos yaitu untuk suatu kehendak baik yang tetap.
Etika berhubungan dengan soal baik atau buruk, benar atau salah. Etika adalah
jiwa atau semangat yang menyertai suatu tindakan.
Sedangkan media adalah
alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film,
video kaset, slide, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah)
dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran
Islam) kepada mad’u.Dengan banyaknya media yang ada, maka da’i harus memilih
media yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah.
Media cetak adalah alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis. Dengan adanya media cetak kita dapat menggunakannya sebagai
sarana komunikasi dan juga sebagai sarana mendapatkan informasi yang actual.
Media elektronik adalah media yang menggunakan
elektronik atau energi elektromekanis bagi pengguna akhiruntuk mengakses
kontennya. Sumber media elektronik yang familiar bagi pengguna umum antara lain
adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi media dan konten dering. Media
elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun media baru umumnya
berbentuk digital. Media elektronik yang sering di temui adalah seperti Radio,
TV, Film, Audio dan lain-lain.
Memperhatikan etika berbicara diantaranya;
1.
Qawlan
Ma’rufan
2.
Qawlan Kariman.
3.
Qawlan Maysuran
4.
Qawlan Balighan
5.
Qawlan
Layyinan.
B.
Saran
Setelah
membaca makalah ini, perlu diingat bahwa penulis masih memiliki banyak
kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, tak
henti-hentinya berharap
kepada pembaca untuk segan membenahi kembali jika ada kekeliruan serta
melengkapi referensi pengetahuan dengan membaca buku-buku tentang PR agar lebih
memahami materi ini.
DAFTAR PUSTAKA