BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kita sering mendengar ceramah ustadz humoris. Ia menyampaikan joke,
cerita lucu, atau humor dalam ceramahnya. Namun, tidak jarang cerita lucu atau
humor penceramah itu cerita rekaan. Padahal, Islam melarang umatnya agar jangan
menyampaikan cerita bohong.
"Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang
kisah bohong dengan maksud agar mereka tertawa. Celakalah dia...celaka
dia." (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Coba saja simak cerita-cerita yang disampaikan sang ustadz. Banyak
yang karangan, rekaan, alias bohong. Kita yakin, sebagai ustadz, ia tahu hadits
shahih di atas. Namun, demi menghibur jamaah, ia langgar larangan Nabi Saw
tersebut.
Humor dalam ceramah tidak mesti dengan sampaikan cerita bohong. Ada
teknik humor dalam public speaking, misalnya "teori belokan mendadak"
atau "plesetan". Tidak mesti dengan berbohong.
Inti larangan Nabi Saw adalah jangan berdusta, sekalipun
dimaksudkan untuk melucu atau menambah bumbu humor dalam ceramah. Lagi pula,
seringnya jamaah justru hanya mengingat humor itu ketimbang substansi atau
materi tausiyah sang penceramah.
Dakwah memang harus mengasyikkan, tidak terlalu serius. Namun,
tidak mesti pula berbohong agar lucu dan menjadi "favorit" jamaah.
Kebanyakan da'i, penceramah, atau ustadz menjadi favorit karena lucunya, bukan
karena kualitas materi ceramah atau kualitas sang da'i.
- Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
Khotbah ?
2. Apa humor itu ?
3. Bagaimana
tehbik humoer dalam berkhotbah ?
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Khotbah
Secara etimologis (harfiyah), khuthbah artinya
: pidato, nasihat, pesan (taushiyah). Sedangkan menurut terminologi Islam
(istilah syara’); khotbah (Jum’at) ialah pidato yang disampaikan oleh seorang
khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan syarat-syarat
dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh
(pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat). Berdasarkan pengertian di atas, maka
khotbah adalah pidato normatif, karena selain merupakan bagian dari shalat Jum’at
juga memerlukan persiapan yang lebih matang, penguasaan bahan dan metodologi
yang mampu memikat perhatian.
Selain khotbah Jum’at, ada pula khotbah yang
dilaksanakan sesudah sholat, yaitu: khotbah ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, khotbah
sholat Gerhana (Kusuf dan Khusuf). Sedangkan khotbah nikah dilaksanakan sebelum
akad nikah.
Khotbah mempunyai arti yaitu memberi nasihat.
Sayangnya, media ini terkadang kurang dimanfaatkan secara optimal. Para khathib
seringkali menyampaikan khotbah yang membosankan yang berputar-putar dan
itu-itu saja. Akibatnya, banyak para hadirin yang terkantuk-kantuk dan bahkan
tertidur.
Adapun sudut pandang yang lain Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan. Dalam
tradisi Kristen, pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam Alkitab
atau yang biasa disebut kabar baik. Dalam bahasa Yunani, kabar baik ini disebut Yunani eungalion. Alkitab sebagai sumber pemberitaan Firman Tuhan melalui proses. Sehingga khotbah yang disampaikan bukan pemikiran subjektif si
pengkhotbah. Pesan dari teks Alkitab itu yang menjadi inti khotbah.
Pesan yang diberitakan itu di dalam bahasa
Yunani disebut Kerygma.Kerygma merupakan pesan dari teks Alkitab yang telah ditafsirkan sebelumnya. Cara mengkomunikasikan khotbah juga berbeda dengan cara komunikasi yang lain. Khotbah di Bukit merupakan salah satu contoh khotbah yang
dilakukan oleh Yesus. [1] Khotbah di Bukit juga menjadi salah satu rujukan di dalam etika Perjanjian Baru. Yesus di dalam pemberitaan-Nya tersebut berisi
tentang Kerajaan Allah yang akan
datang. Khotbah itu pun berisi panggilan atau seruan Yesus kepada setiap orang
untuk bertobat. Selain Yesus, tokoh yang terkenal dengan
khotbahnya di dalam Perjanjian Baru adalah Paulus. Pemberitaan berita kesukaan dari Paulus
terpusat pada kematian dan kebangkitan Kristus menurut Kitab Suci. Di dalam berkhotbah ada cara-cara tertentu di
dalam ilmu berkhotbah. Ilmu Khotbah juga dikenal dengan istilah homiletika. Homiletika merupakan alat yang harus dikuasai oleh seorang pengkhotbah. Di dalam penyusunan khotbah juga diperlukan proses hermeneutik. Proses Hermeneutik ini membantu pengkhotbah dalam menafsir teks sehingga
kontekstual.
Khotbah memiliki funsi yang bersifat pendidikan, sosial,
etis, dan politis. Pengkhotbah memberikan pengetahuan, cara beribadah, dan norma
yang bersifat sosial dan etis di dalam sebuah komunitas. Pengkhotbah, yang juga
dipahami sebagai seorang guru, menjadi pemimpin di dalam ibadah, pengajar di
dalam peraturan etis, dan guru spiritual di dalm komunitasnya. Khotbah sangat
erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pengajaran. Di dalam Agama, khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar
umat. Khotbah pun membantu umat manusia dalam memahami kehendak
Allah. Al-Qur’an yang menjadi inti dari
pengajaran ini.
Secara umum, sistematika khotbah dapat dibagi sebagai
berikut:
1. Pendahuluan
Bagian ini berisi latar belakang teks. Pendahuluan sebuah
khotbah memiliki fungsi untuk membawa pendengar menuju pesan atau inti khotbah
yang hendak disampaikan. Pendahuluan yang disampaikan ini disajikan dengan
bahasa yang sederhana dan mengungkapkan sedikit permasalahan.
2. Isi
Isi khotbah adalah bagian yang sentral dari struktur khotbah. Pada bagian ini, yang
disampaikan adalah Firman
Allah SWT. atau kerygma dari sebuah teks Alkitab. Bagian ini membutuhkan
waktu yang panjang dalam mempersiapkannya. Isi sebuah khotbah harus melewati
proses penafsiran.
3. Penutup
Bagian terakhir adalah penutup khotbah. Kesimpulan dari
isi atau pesan dari khotbah disampaikan pada bagian ini. Hal ini mempermudah
pendengar dalam menarik pesan dari nas
khotbah. Pada bagian ini, aplikasi yang menjadi penekanan.
Pendengar pun dapat dengan mudah memahami pesan yang hendak disampaikan.
Aplikasi yang relevan dengan kehidupan pendengar akan lebih membuat pendengar
memahami khotbah yang disampaikan. Bagian ini juga dapat diisi dengan sebuah
ilustrai.
B.
Humor
Tertawa adalah sebuah cara hebat dalam
memberikan istirahat sejenak para pendengar dari ceramah yang serius. Dampak
positif lainnya humor akan membuat pembicaraan Anda lebih menyenangkan. Humor
berfungsi melibatkan para pendengar Anda. Humor membuat para pendengar Anda
merasa dekat, merasa terlibat. Mereka pun siap belajar
Fungsi humor sendiri dalam khitobah ataupun
berpidato adalah sebagai berikut:
1. Membangun rasa saling
pengertian dengan para pendengar.
Orang menyukai pribadi yang membuat mereka
tertawa. Jika lelucon Anda tidak menyinggung perasaan, tepat, dan lucu,
kemungkinan besar Anda telah mendapatkan teman baru. Begitu Anda menjalin saling
pengertian dengan pendengar, mereka lebih mudah menerima pesan Anda. Dan
karenanya pula humor akan …
2. Menjaga pendengar Anda
dari kejenuhan.
Sangat mustahil Anda merasa bosan saat sedang
dihibur, kecuali bila hiburannya cukup jelek. Tertawa adalah sebuah cara hebat
dalam memberikan istirahat sejenak para pendengar dari ceramah yang serius.
Dampak positif lainnya humor akan membuat pembicaraan Anda lebih menyenangkan.
Apakah Anda lebih suka untuk mendengarkan materi ceramah yang datar dan
membosankan, atau Anda lebih suka untuk lebih sering tertawa sepanjang ceramah?
Kita belajar dengan lebih baik ketika kita
menikmatinya. Telah berlalu waktu di mana ceramah hanya untuk mendidik para
pendengar. Pendidikan semata bisa menggoda pendengar Anda untuk tidur;
pendidikan plus hiburan memberi Anda peluang lebih besar untuk merangkul
pendengar. Humor berfungsi melibatkan para pendengar Anda. Humor membuat para
pendengar Anda merasa dekat, merasa terlibat. Mereka pun siap belajar. Maka
tidak mengherankan bila humor …
3. Memungkinkan para
pendengar Anda mengingat informasi lebih lamaa.
Karena orang lebih mudah lupa akan fakta dan
angka, dan lebih mudah ingat akan hal-hal yang menyentuh perasaan mereka, maka
humor menjadi ’tangan kanan’ Anda dalam melakukannya. Kita mengingat sebuah
pesan ketika kita mengingat kembali apa yang membuat kita merasa emosional,
sesuatu yang bisa membuat kita tertawa. Masih sering saya jumpai alumni dari
pelatihan kami yang setelah sekian lama masih mengingat kisah yang pernah
mereka dengar dari kami, dan tentunya masih mengerti akan pesan ceritanya.
Humor merangsang sisi kanan dan sisi kiri otak
kita, sehingga meningkatkan peluang bagi pendengar Anda untuk mengingat isi
ceramah Anda dalam waktu yang lebih lama. Karena sesuatu yang lucu itu tidak
terduga, humor membuat pikiran para pendengar bekerja. Kita –utamanya
pendengar– berjalan dari sesuatu yang sudah kita ketahui dan sudah kita duga
menuju ke sesuatu yang tidak kita ketahui dan kita duga sebelumnya. Dalam
prosesnya, para pendengar mempelajari cara baru dalam melihat, mendengar, dan
memproses pesan yang mungkin telah akrab dengan mereka. Seolah-olah para
pendengar menemukan sebuah gambar baru yang sebetulnya adalah gambar lama
dengan bingkai yang baru. Seringkali proses ”AHA” muncul ketika kita berada
dalam perasaan gembira, dan humor mampu memicu hal itu. Selain itu humor akan …
4. Menghentikan lamunan,
menyegarkan suasana, dan membantu Anda menyusupkan pesan.
Bukan hal yang mudah dalam mendapatkan
perhatian orang lain ketika Anda pertama kali memulai pembicaraan. Orang-orang
memikirkan hal lain, mereka melamun, mereka berbicara dengan orang-orang di
sebelahnya, mereka bertanya-tanya dalam hati tentang menu makan siang setelah
seminar Anda. Pikiran dan perasaan mereka berada di tempat dan waktu yang lain.
Cerita, kutipan, gurauan, foto, atau video klip yang penuh humor merupakan cara
efektif dalam mengundang pendengar Anda untuk berpartisipasi dalam ceramah
Anda. Itu menghentikan sejenak lamunan yang sedang berlangsung, dan menciptakan
peluang bagi Anda untuk mengambil-alih kendali atas kondisi ceramah Anda. Itu
pula yang menggantikan teriakan ”Toloong, perhatikan saya sebentar!”
Ketika para pendengar tertawa, pikiran mereka
terbuka dan mereka pun siap menerima pesan Anda. Anda kini lebih leluasa
menyusupkan pesan Anda dan bahkan para pendengar Anda mungkin tidak sadar bahwa
mereka telah menerima pesan Anda.
Sebagaimana bumbu dalam masakan, bijak-lah
dalam menggunakan humor dalam pembicaraan kita. Gunakan seperlunya, sesuai
dosis dan tujuannya.
- Tehnik Humor dalam Khitobah
Beberapa orang di karuniai bakat dalam hal melucu. Orang-orang yang
begitu sebaiknya sering menggunakan humor dalam pidatonya. Tentunya hunor yang
masih sedikit berhubungan. Tapi bila kita tidak bisa menggunakan humor, karena
kurang berbakat biasanya. Maka janganlah
kita terlalu sering menggunakannya.
Ketika kita membahas perlunya keputusan, maka saya menceritakan
bahwa jika kita ingin menggunakan humor, maka haruslah humor yang sedikit
berhubungan dengan apa yang kita ceritakan. Jika kita menceritakan humor hanya
agar para pendengar tertawa, tidak akan ada gunanya. Oleh karena itu
ceritakanlah humor-humor yang berhubungan dengan apa yang ingin anda
sampaikan.dan anda akan mendapat manfaat dari padanya,
Misalnya aja anda ingin menyindir seorang pendengar yang kurang
simpatik, maka anda bisa menceritakannya kisah seperti di bawah ini: Seorang
gadis yang ingin menjadi biarawati masuk ke sebuah biara dimana ia hanya boleh
berkata dua kata setiap akhir tahun. Pada akhir semester yang pertama, dia mendstangi ibu biara
tersebut. Ibu baira menyapanya “ada apa anakku ?” calon biarawati tersebut
kemudian memilih dua kata dengan sangat berhati-hati, ahirnya dia berkata,
“makanan buruk” kemudian semester berikutnya, ketika dia menghadap ibu
biara,dia di sapa dengan pertanyaan yag sama. Kali ini, dia memilih untuk
mengatakan, “saya berhenti” mendengar perkataan tersebut, ibu biara menjawab,
“bagus kalau begitu, angkau selalu mengeluh saja semenjak berada di sini” nah,
ibubiara ini adalah seorang pendengar yang tidak simpatik.
BAB
III PENUTUP
- Kesimpulan
Secara etimologis (harfiyah), khuthbah artinya
: pidato, nasihat, pesan (taushiyah). Sedangkan menurut terminologi Islam
(istilah syara’); khotbah (Jum’at) ialah pidato yang disampaikan oleh seorang
khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan syarat-syarat
dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh
(pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat). Berdasarkan pengertian di atas, maka
khotbah adalah pidato normatif, karena selain merupakan bagian dari shalat
Jum’at juga memerlukan persiapan yang lebih matang, penguasaan bahan dan
metodologi yang mampu memikat perhatian. Adapun sudut pandang yang
lain Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan.
sistematika
khotbah dapat dibagi sebagai berikut:
1. Pembukaa
2. Isi
3. Penutup
Tertawa/humor adalah sebuah cara hebat dalam memberikan istirahat
sejenak para pendengar dari ceramah yang serius. Dampak positif lainnya humor
akan membuat pembicaraan Anda lebih menyenangkan. Humor berfungsi melibatkan
para pendengar Anda.
Fungsi humor sendiri dalam khitobah ataupun
berpidato adalah sebagai berikut:
1. Membangun rasa saling
pengertian dengan para pendengar.
2. Menjaga pendengar Anda dari
kejenuhan.
3. Memungkinkan para pendengar
Anda mengingat informasi lebih lamaa.
4. Menghentikan lamunan,
menyegarkan suasana, dan membantu Anda menyusupkan pesan.
Orang-orang yang memiliki bakat melucu/humoris sebaiknya sering
menggunakan humor dalam pidatonya. Tentunya hunor yang masih sedikit
berhubungan. Tapi bila kita tidak bisa menggunakan humor, karena kurang
berbakat biasanya. Maka janganlah kita
terlalu sering menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKA
William J.1986.TEKIK BERPIDATO.Bandung.PIONIR_Jaya
0 komentar:
Posting Komentar