Jumat, 06 Mei 2016

Tehnik Humor Dalam Khitobah




BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Kita sering mendengar ceramah ustadz humoris. Ia menyampaikan joke, cerita lucu, atau humor dalam ceramahnya. Namun, tidak jarang cerita lucu atau humor penceramah itu cerita rekaan. Padahal, Islam melarang umatnya agar jangan menyampaikan cerita bohong.
"Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong dengan maksud agar mereka tertawa. Celakalah dia...celaka dia." (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Coba saja simak cerita-cerita yang disampaikan sang ustadz. Banyak yang karangan, rekaan, alias bohong. Kita yakin, sebagai ustadz, ia tahu hadits shahih di atas. Namun, demi menghibur jamaah, ia langgar larangan Nabi Saw tersebut.
Humor dalam ceramah tidak mesti dengan sampaikan cerita bohong. Ada teknik humor dalam public speaking, misalnya "teori belokan mendadak" atau "plesetan". Tidak mesti  dengan berbohong.
Inti larangan Nabi Saw adalah jangan berdusta, sekalipun dimaksudkan untuk melucu atau menambah bumbu humor dalam ceramah. Lagi pula, seringnya jamaah justru hanya mengingat humor itu ketimbang substansi atau materi tausiyah sang penceramah. 
Dakwah memang harus mengasyikkan, tidak terlalu serius. Namun, tidak mesti pula berbohong agar lucu dan menjadi "favorit" jamaah. Kebanyakan da'i, penceramah, atau ustadz menjadi favorit karena lucunya, bukan karena kualitas materi ceramah atau kualitas sang da'i.

  1. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Khotbah ?
2.      Apa humor itu ?
3.      Bagaimana tehbik humoer dalam berkhotbah ?










BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Khotbah

Secara etimologis (harfiyah), khuthbah artinya : pidato, nasihat, pesan (taushiyah). Sedangkan menurut terminologi Islam (istilah syara’); khotbah (Jum’at) ialah pidato yang disampaikan oleh seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat). Berdasarkan pengertian di atas, maka khotbah adalah pidato normatif, karena selain merupakan bagian dari shalat Jum’at juga memerlukan persiapan yang lebih matang, penguasaan bahan dan metodologi yang mampu memikat perhatian.
Selain khotbah Jum’at, ada pula khotbah yang dilaksanakan sesudah sholat, yaitu: khotbah ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, khotbah sholat Gerhana (Kusuf dan Khusuf). Sedangkan khotbah nikah dilaksanakan sebelum akad nikah.
Khotbah mempunyai arti yaitu memberi nasihat. Sayangnya, media ini terkadang kurang dimanfaatkan secara optimal. Para khathib seringkali menyampaikan khotbah yang membosankan yang berputar-putar dan itu-itu saja. Akibatnya, banyak para hadirin yang terkantuk-kantuk dan bahkan tertidur. 
Adapun sudut pandang yang lain Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan. Dalam tradisi Kristen, pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam Alkitab atau yang biasa disebut kabar baik. Dalam bahasa Yunani, kabar baik ini disebut Yunani eungalion. Alkitab sebagai sumber pemberitaan Firman Tuhan melalui proses. Sehingga khotbah yang disampaikan bukan pemikiran subjektif si pengkhotbah. Pesan dari teks Alkitab itu yang menjadi inti khotbah.
Pesan yang diberitakan itu di dalam bahasa Yunani disebut Kerygma.Kerygma merupakan pesan dari teks Alkitab yang telah ditafsirkan sebelumnya. Cara mengkomunikasikan khotbah juga berbeda dengan cara komunikasi yang lain. Khotbah di Bukit merupakan salah satu contoh khotbah yang dilakukan oleh Yesus. [1] Khotbah di Bukit juga menjadi salah satu rujukan di dalam etika Perjanjian Baru. Yesus di dalam pemberitaan-Nya tersebut berisi tentang Kerajaan Allah yang akan datang. Khotbah itu pun berisi panggilan atau seruan Yesus kepada setiap orang untuk bertobat. Selain Yesus, tokoh yang terkenal dengan khotbahnya di dalam Perjanjian Baru adalah Paulus. Pemberitaan berita kesukaan dari Paulus terpusat pada kematian dan kebangkitan Kristus menurut Kitab Suci. Di dalam berkhotbah ada cara-cara tertentu di dalam ilmu berkhotbah. Ilmu Khotbah juga dikenal dengan istilah homiletika. Homiletika merupakan alat yang harus dikuasai oleh seorang pengkhotbah. Di dalam penyusunan khotbah juga diperlukan proses hermeneutik. Proses Hermeneutik ini membantu pengkhotbah dalam menafsir teks sehingga kontekstual.
Khotbah memiliki funsi yang bersifat pendidikan, sosial, etis, dan politis. Pengkhotbah memberikan pengetahuan, cara beribadah, dan norma yang bersifat sosial dan etis di dalam sebuah komunitas. Pengkhotbah, yang juga dipahami sebagai seorang guru, menjadi pemimpin di dalam ibadah, pengajar di dalam peraturan etis, dan guru spiritual di dalm komunitasnya. Khotbah sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pengajaran. Di dalam Agama, khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar umat. Khotbah pun membantu umat manusia dalam memahami kehendak Allah. Al-Qur’an yang menjadi inti dari pengajaran ini.
Secara umum, sistematika khotbah dapat dibagi sebagai berikut:
1.      Pendahuluan
Bagian ini berisi latar belakang teks. Pendahuluan sebuah khotbah memiliki fungsi untuk membawa pendengar menuju pesan atau inti khotbah yang hendak disampaikan. Pendahuluan yang disampaikan ini disajikan dengan bahasa yang sederhana dan mengungkapkan sedikit permasalahan.
2.      Isi
Isi khotbah adalah bagian yang sentral dari struktur khotbah. Pada bagian ini, yang disampaikan adalah Firman Allah SWT. atau kerygma dari sebuah teks Alkitab. Bagian ini membutuhkan waktu yang panjang dalam mempersiapkannya. Isi sebuah khotbah harus melewati proses penafsiran.
3.      Penutup
Bagian terakhir adalah penutup khotbah. Kesimpulan dari isi atau pesan dari khotbah disampaikan pada bagian ini. Hal ini mempermudah pendengar dalam menarik pesan dari nas khotbah. Pada bagian ini, aplikasi yang menjadi penekanan. Pendengar pun dapat dengan mudah memahami pesan yang hendak disampaikan. Aplikasi yang relevan dengan kehidupan pendengar akan lebih membuat pendengar memahami khotbah yang disampaikan. Bagian ini juga dapat diisi dengan sebuah ilustrai.
B.     Humor
Tertawa adalah sebuah cara hebat dalam memberikan istirahat sejenak para pendengar dari ceramah yang serius. Dampak positif lainnya humor akan membuat pembicaraan Anda lebih menyenangkan. Humor berfungsi melibatkan para pendengar Anda. Humor membuat para pendengar Anda merasa dekat, merasa terlibat. Mereka pun siap belajar
Fungsi humor sendiri dalam khitobah ataupun berpidato adalah sebagai berikut:
1. Membangun rasa saling pengertian dengan para pendengar.
Orang menyukai pribadi yang membuat mereka tertawa. Jika lelucon Anda tidak menyinggung perasaan, tepat, dan lucu, kemungkinan besar Anda telah mendapatkan teman baru. Begitu Anda menjalin saling pengertian dengan pendengar, mereka lebih mudah menerima pesan Anda. Dan karenanya pula humor akan …
2. Menjaga pendengar Anda dari kejenuhan.
Sangat mustahil Anda merasa bosan saat sedang dihibur, kecuali bila hiburannya cukup jelek. Tertawa adalah sebuah cara hebat dalam memberikan istirahat sejenak para pendengar dari ceramah yang serius. Dampak positif lainnya humor akan membuat pembicaraan Anda lebih menyenangkan. Apakah Anda lebih suka untuk mendengarkan materi ceramah yang datar dan membosankan, atau Anda lebih suka untuk lebih sering tertawa sepanjang ceramah?
Kita belajar dengan lebih baik ketika kita menikmatinya. Telah berlalu waktu di mana ceramah hanya untuk mendidik para pendengar. Pendidikan semata bisa menggoda pendengar Anda untuk tidur; pendidikan plus hiburan memberi Anda peluang lebih besar untuk merangkul pendengar. Humor berfungsi melibatkan para pendengar Anda. Humor membuat para pendengar Anda merasa dekat, merasa terlibat. Mereka pun siap belajar. Maka tidak mengherankan bila humor …
3. Memungkinkan para pendengar Anda mengingat informasi lebih lamaa.
Karena orang lebih mudah lupa akan fakta dan angka, dan lebih mudah ingat akan hal-hal yang menyentuh perasaan mereka, maka humor menjadi ’tangan kanan’ Anda dalam melakukannya. Kita mengingat sebuah pesan ketika kita mengingat kembali apa yang membuat kita merasa emosional, sesuatu yang bisa membuat kita tertawa. Masih sering saya jumpai alumni dari pelatihan kami yang setelah sekian lama masih mengingat kisah yang pernah mereka dengar dari kami, dan tentunya masih mengerti akan pesan ceritanya.
Humor merangsang sisi kanan dan sisi kiri otak kita, sehingga meningkatkan peluang bagi pendengar Anda untuk mengingat isi ceramah Anda dalam waktu yang lebih lama. Karena sesuatu yang lucu itu tidak terduga, humor membuat pikiran para pendengar bekerja. Kita –utamanya pendengar– berjalan dari sesuatu yang sudah kita ketahui dan sudah kita duga menuju ke sesuatu yang tidak kita ketahui dan kita duga sebelumnya. Dalam prosesnya, para pendengar mempelajari cara baru dalam melihat, mendengar, dan memproses pesan yang mungkin telah akrab dengan mereka. Seolah-olah para pendengar menemukan sebuah gambar baru yang sebetulnya adalah gambar lama dengan bingkai yang baru. Seringkali proses ”AHA” muncul ketika kita berada dalam perasaan gembira, dan humor mampu memicu hal itu. Selain itu humor akan …
4. Menghentikan lamunan, menyegarkan suasana, dan membantu Anda menyusupkan pesan.
Bukan hal yang mudah dalam mendapatkan perhatian orang lain ketika Anda pertama kali memulai pembicaraan. Orang-orang memikirkan hal lain, mereka melamun, mereka berbicara dengan orang-orang di sebelahnya, mereka bertanya-tanya dalam hati tentang menu makan siang setelah seminar Anda. Pikiran dan perasaan mereka berada di tempat dan waktu yang lain. Cerita, kutipan, gurauan, foto, atau video klip yang penuh humor merupakan cara efektif dalam mengundang pendengar Anda untuk berpartisipasi dalam ceramah Anda. Itu menghentikan sejenak lamunan yang sedang berlangsung, dan menciptakan peluang bagi Anda untuk mengambil-alih kendali atas kondisi ceramah Anda. Itu pula yang menggantikan teriakan ”Toloong, perhatikan saya sebentar!”
Ketika para pendengar tertawa, pikiran mereka terbuka dan mereka pun siap menerima pesan Anda. Anda kini lebih leluasa menyusupkan pesan Anda dan bahkan para pendengar Anda mungkin tidak sadar bahwa mereka telah menerima pesan Anda.
Sebagaimana bumbu dalam masakan, bijak-lah dalam menggunakan humor dalam pembicaraan kita. Gunakan seperlunya, sesuai dosis dan tujuannya.
  1. Tehnik Humor dalam Khitobah
Beberapa orang di karuniai bakat dalam hal melucu. Orang-orang yang begitu sebaiknya sering menggunakan humor dalam pidatonya. Tentunya hunor yang masih sedikit berhubungan. Tapi bila kita tidak bisa menggunakan humor, karena kurang berbakat  biasanya. Maka janganlah kita terlalu sering menggunakannya.
Ketika kita membahas perlunya keputusan, maka saya menceritakan bahwa jika kita ingin menggunakan humor, maka haruslah humor yang sedikit berhubungan dengan apa yang kita ceritakan. Jika kita menceritakan humor hanya agar para pendengar tertawa, tidak akan ada gunanya. Oleh karena itu ceritakanlah humor-humor yang berhubungan dengan apa yang ingin anda sampaikan.dan anda akan mendapat manfaat dari padanya,
Misalnya aja anda ingin menyindir seorang pendengar yang kurang simpatik, maka anda bisa menceritakannya kisah seperti di bawah ini: Seorang gadis yang ingin menjadi biarawati masuk ke sebuah biara dimana ia hanya boleh berkata dua kata setiap akhir tahun. Pada akhir semester  yang pertama, dia mendstangi ibu biara tersebut. Ibu baira menyapanya “ada apa anakku ?” calon biarawati tersebut kemudian memilih dua kata dengan sangat berhati-hati, ahirnya dia berkata, “makanan buruk” kemudian semester berikutnya, ketika dia menghadap ibu biara,dia di sapa dengan pertanyaan yag sama. Kali ini, dia memilih untuk mengatakan, “saya berhenti” mendengar perkataan tersebut, ibu biara menjawab, “bagus kalau begitu, angkau selalu mengeluh saja semenjak berada di sini” nah, ibubiara ini adalah seorang pendengar yang tidak simpatik.

BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan
Secara etimologis (harfiyah), khuthbah artinya : pidato, nasihat, pesan (taushiyah). Sedangkan menurut terminologi Islam (istilah syara’); khotbah (Jum’at) ialah pidato yang disampaikan oleh seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat). Berdasarkan pengertian di atas, maka khotbah adalah pidato normatif, karena selain merupakan bagian dari shalat Jum’at juga memerlukan persiapan yang lebih matang, penguasaan bahan dan metodologi yang mampu memikat perhatian. Adapun sudut pandang yang lain Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan.
 sistematika khotbah dapat dibagi sebagai berikut:
1.      Pembukaa
2.      Isi
3.      Penutup
Tertawa/humor adalah sebuah cara hebat dalam memberikan istirahat sejenak para pendengar dari ceramah yang serius. Dampak positif lainnya humor akan membuat pembicaraan Anda lebih menyenangkan. Humor berfungsi melibatkan para pendengar Anda.
Fungsi humor sendiri dalam khitobah ataupun berpidato adalah sebagai berikut:
1.      Membangun rasa saling pengertian dengan para pendengar.
2.      Menjaga pendengar Anda dari kejenuhan.
3.      Memungkinkan para pendengar Anda mengingat informasi lebih lamaa.
4.      Menghentikan lamunan, menyegarkan suasana, dan membantu Anda menyusupkan pesan.
Orang-orang yang memiliki bakat melucu/humoris sebaiknya sering menggunakan humor dalam pidatonya. Tentunya hunor yang masih sedikit berhubungan. Tapi bila kita tidak bisa menggunakan humor, karena kurang berbakat  biasanya. Maka janganlah kita terlalu sering menggunakannya.

DAFTAR PUSTAKA

William J.1986.TEKIK BERPIDATO.Bandung.PIONIR_Jaya

0 komentar:

Posting Komentar