Jumat, 06 Mei 2016

MAKALAH ETIKA DAKWAH “ETIKA MENGGUNAKAN MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK”





MAKALAH ETIKA DAKWAH
ETIKA MENGGUNAKAN MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Etika Dakwah

Dosen Pembimbing:
Dra. Sun Fatayati ,M.M











Disusun oleh:
Abdurrohman As.

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI
FAKULTAS DAKWAH
PRODI  KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
Masa Khidmad : 2015-2016
KATA PENGANTAR


Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca dan umumnya bagi teman-teman semua. Amin…




Kediri, 17 Maret 2016
                                                                                                                                            
                                                                                                                                   

Penulis










DAFTAR ISI


1.                  Halaman sampul                                                                                                          01
2.                  Kata pengantar                                                                                                            02
3.                  Daftar isi                                                                                                                     03
4.                  Bab 1 Pendahuluan
A.       Latar belakang                                                                                                                        04
B.       Rumusan masalah                                                                                                       04
5.                  Bab 2 Pembahasan
A.       Pengertian Etika                                                                                                          05
B.       Pengertian Media Dakwah                                                                                         05
C.       Pengertian Media Cetak                                                                                             06
D.       Pengertian Media Elektronik                                                                                      08
E.        etika Siaran Dakwah di Media Elektronik                                                                 13
6.                  Bab 3 Penutup
A.       Kesimpulan                                                                                                                 14
B.       Kritik dan Saran                                                                                                          14
7.                  Daftar pustaka                                                                                                                        15






BAB I PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang Masalah
Media elektronik adalah salah satu media yang dapat dijadikan sarana atau media dalam berlangsungnya proses komunikasi selain media cetak. Keberadaan media elektronik terus berkembang. Bahkan kini telah banyak televisi-televisi atau radio-radio swasta. Itu artinya, media elektronik mengalami perkembangan yang cukup signifikan, walaupun baru hanya pada mangsa pasar lokal.
Membicarakan Etika Komunikasi Penyiaran Dakwah Melalui Media Audio (Radio) tidak di pungkiri kita sedang membicarakan secara tidak langsung makna dari dakwah, yang artinya dari kata da’a, yad’u, da’watan adalah ajakan, seruan, undangan dan panggilan menuju jalan Allah SWT. 
Oleh karena itu, dakwah ”dituntut” untuk mengalami dinamika secara internal, yang dalam prosesnya terjadi ”tarik-ulur” antara dakwah dengan kondisi masyarakat. Perjalanan dakwah awalnya diperintahkan, lalu dilaksanakan kemudian disadari bahwa dakwah menjadi sebuah kebutuhan, karena syarat dengan manfaat dan penyelamat, dakwah pun menjadi aktivitas disetiap tempat dan waktu, menghadapi berbagai situasi, kondisi dan tantangan.
Melihat realita yang terjadi pada saat ini, ketika dakwah banyak digandrungi mad’u muda dan menjadi sebuah kebutuhan karena dakwah tidak lagi  dipandang tua atau  kolot namun minimnya  wadah  yang  mampu mengapresiasikan keinginan mad’u muda ini yang membuat mad’u digolongan muda menjadi jenuh, dan kembali  berpandangan seperti awal lagi bahwa yang nama nya dakwah itu identik dengan orang-orang tua dan membosankan.
Sebagai  jawabannya, maka dari itu saya sebagai akademisi dakwah berusaha membangun dan menciptakan landasan dakwah serta wadah dakwah  menjadi lebih menarik ketika  kita bungkus ke dalam media audio (Radio) tanpa melupakan konsep etika dalam dakwah ketika disampaikan didalam media yang identik untuk hiburan. Sehingga pesan dakwah dapat tersampaikan dan diterima oleh semua kalangan.

B.                 Rumusan Masalah
1.                  Pengertia dari etika adalah ?
2.                  Pengertian dari media cetak adalah ?
3.                  Pengertian dari media elektronik adalah ?
4.                  Apa saja etika dalam pemanfaatan media cetak dan elektronik ?


BAB II PEMBAHASAN
A.                Pengertian Etika
Etika berasal dari kata ethos yaitu untuk suatu kehendak baik yang tetap. Etika berhubungan dengan soal baik atau buruk, benar atau salah. Etika adalah jiwa atau semangat yang menyertai suatu tindakan. Dengan demikian etika dilakukan oleh seseorang untuk perlakuan yang baik agar tidak menimbulkan keresahan dan orang lain menganggap bahwa tindakan tersebut memang memenuhi landasan etika.
B.                 Pengertian Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara etimologi yang berarti alat perantara. Wilbur Schramn mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.Dengan banyaknya media yang ada, maka da’i harus memilih media yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media adalah sebagai berikut:
1.                  Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik (kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-beda.
2.                   Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.
3.                  Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.
4.                  Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
5.                  Pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da’i.
6.                  Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.
7.                  Efektifitas dan efesiensi harus diperhatikan.
Pada hakikatnya media adalah segala sesuatu yang merupakan saluran dengan mana seseorang menyatakan gagasan, isi jiwa atau kesadarannya. Dengan kataa lain media adalah alat untuk menyalurkan gagasan manusia dalam kehidupan masyarakat.
Media dibagi oleh Arifin ke dalam 3 bentuk :
1.                  Media yang menyalurkan ucapan (spoken word)
Termasuk juga yang berbentuk bunyi, yang sudah dikenal sejak dahulu dan dapat dimanfaatkan sebagai medium utama. Dan dapat ditangkap oleh telinga maka dinamakan juga auditive media. Yang tergolong dalam media ini antara lain : gendang, kentongan, telepon, radio.
2.                  Media yang menyalurkan tulisan (printed writing)
Karena hanya bisa di tangkap  oleh mata maka disebut juga visual mediamedia yang termasuk golongan ini : pamflet, poster, brosur, baliho, spanduk, surat kabar.
3.                  Media yang menyalurkan gambar hidup
Karena dapat ditangkap oleh mata dan telinga sekaligus, maka disebut audio visual da yang termasuk dalam media ini hanya film dan televisi.
C.                Pengertian Media Cetak
Media cetak adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis. Dengan adanya media cetak kita dapat menggunakannya sebagai sarana komunikasi dan juga sebagai sarana mendapatkan informasi yang aktual. Sehingga media cetak dapat di fungsikan sebagai:
1.                  Fungsi Menjelaskan
Fungsi untuk menjelasan merupakan fungsi utama dari media komunikasi. Media komunikasi pertama kali dikembangkan untuk membantu menjelaskan sesuatu. Informasi itu sendiri adalah materi pembelajaran yang sudah sesuai dengan materi kurukulum yang berlaku. Dengan demikian dalam fungsi ini menempatkan media komunikasi sebagai alat bantu menjelaskan atau memaparkan materi informasi.
2.                  Fungsi Menjual Gagasan
Fungsi ini hampir sama dengan fungsi yang pertama, dan perbedaannya terletak pada isi dan sumber informasi yang akan disampaikan. Dalam fungsi menjual gagasan isi dan sumber berasal dari penyaji itu sendiri. Fungsi ini sering membantu komunikan untuk menyampaikan gagasan baru yang bersifat inovatif yang biasanya gagasan untuk memecahkan masalah.
3.                  Fungsi Pembelajaran
Yang dimaksud dengan fungsi pembelajaran adalah fungsi media untuk membelajarkan siswa atau mahasiswa yang bukan hanya sekedar menerima informasi yang disuguhkan tetapi bagaimana media dapat merangsang siswa untuk beraktivitas mencapai tujuan pembelajaran. Posisi media bukan hanya sebagai penyaji akan tetapi juga memperhatikan posisi penerima pesan.
4.                  Fungsi Administratif
Fungsi administratif adalah pemanfaatan media sebagai alat bantu lembaga pendidikan dalam menyebarkan informasi tentang kegiatan administrasi akademik. Dilihat dari fungsinya media pembelajaran harus dikemas sesuai dengan kegunaannya.
Media massa baik certak maupun elektronik mempunyai daya jangkau amat luas dan tidak mengenal sekat-sekat keagamaan. maka dakwah apapun yang dilakukan melalui media massa dapat menjangkau siapa saja dari agama apa saja. dan jistru itu dakwah melalui cara ini diharapkan materi, cara dan gayanya disesuakan agar tetap efektif dan tidak membawa dampak yang siknifikan.
 Sejak  berabad-abad yang lalu dakwah islam juga dilakukan oleh para pendahulu melalui jalur media massa, dalam hal ini seni budaya yang dikemas dalam bentuk tontonan , dan terbukti sangat berhasil . melalui jaran nilai-nilai yang disisipkan dengan sangat diperhitungkan, islam menyebar ketengah masyaraka ty dengan santun dan diterima dengan damai pula.
Misalnya pentas wayang  lakon bima ngaji(atau lakon dewa ruci)yang digubah oleh seorang wali menyisipkan nilai-nilai ketuhanan. inti pesan yang disisipkan dalm lakon wayang kulit ini adalah ajran pengenalan terhadap diri sendiri yang akan mengantarkan manusia mengenal tuhannya.
Dalam serat kalatidha, seorang santri jawa yang menjadi kasunan surakarta yaitu raden bagus burham atau raden ngabei ranggawarsita pada tahun 1860 menulis tenbamg sinom yang amat terkenal . dalam satu bait temabang  sinomnya itu rangga warsita menulis,... begja-begjane kang lali , luwih begja kang eling klawan waspada.( seberuntung orang yang lupa  kepada tuhan lebih beruntung mereka yang tetap ingat dan menjaga diri). klimat ini syarat dengan nilai ajaran dzikullah yang menjadi salah satu tujuan utama ibadah sholat.
Mangku negara iv dalam salah satu bait tembang dhandhanggula menulis, wenang sami ngrawuhan pati, wong agesang tan wurung palastra ( ketahuilah kalian tentng maut, manusia hidup tak urung akan meninggal). bandingkan kata-kata itu dengan sabda, cukuplah maut menjadi pelajaran, dan semua manusia akan mati.
Ketika para pendahulu berdakwah dengansarana seni (lakon wayang tembang, puji-pujian, dan gendhing) sebenernya mereka berhadapan dengan masyarakat yang sangat mayoritas masih beragama hindu, budha, atau kepercayaan lokal. oleh karena itu para pendahulu amat memperhatikan etika dakwah, dan cara yang mereka tempuh adalah mengedepankan nilai-nilai islam, sedangkan dakwah ajaran formal menyusul, dan bisa jauh di belakang.
Dalam berdakwah para pendahulu tidak hanya mempewrhatikan kemampuan berkomunikasi dengan baik tetapi mereka juga menunjukkan nilai kepribadian yang handal sehingga mereka memberi sumbangan pada keberhasilan dakwah.
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi di peran media massa makin penting dan dominan sebagai sarana komunokasi. saat ini dakwah bisa dilakukan melalui media cetak, radio, film, televisi, internet dst. namun demikian etika dakwah tetap harus dijunjung tinggi terutama karena budaya kita adalah budaya yang mewajibkan kita menghormati dan menjaga perasaan orang lain baik yang seiman maupun yang berbeda keyakinan. pluralitas internal juga harus dihomati karena kita berbudaya Nusantara yang toleran terhadap perbedaan faham dan keyakinan.(Catatan: Bandingan dengan budaya padang pasir yang kaku dan keras . Pada abad 19 terjadi gerakan pembaharuan Islam di jazirah Arab. Gerakan ini menghalalkan harta dan darah sesama muslim yang tidak sepaham dengan mereka).
Saat ini dakwah di media massa pada umumnya sudah berjalan baik. para juru dakwah yang menulis di media cetak rata-rata menguasai etika berdakwah. juga mereka yang berceramah di radio atau televisi namun, karena persaingn yang keras pada industri media massa maka berdakwah melalui jalur itu terutama jalur televisi sering kali terbawa arus "memenuhi tuntutan pasar" atau mengejar rate siaran. dengan penguasa ilmu dan pengetahuan agama yang pas-pasan, asal terkenal dan berpenampilan menarik seseorang bisa berperan sebagai kyai, ustadz atau ustadzah yang berkiprah dalam siaran televisi,. memang ada segi baiknya karena figur-figur yang populer mudah menjangkau audien terutama kalangan muda. Ruginya, citra keluhuran dan kemuliaan Islam sering mejadi taruhan.
Dalam dunia  sastra saat ini, dakwah juga berjalan baik. Puisi, cerpen, teater, lagu dan novel menjadi nedia massa yang produktif. Namun karena tuntutan penguatan identitas, seringkali sastra dakwah terbawa arus formalisme agama. Hali ini membuat karya satra tersebut menjorok dan memasuki wilayah para guru agama. Memang muatan dakwah dalam karya sastra tersebut menjadi jelas(atau vulga???). Tetapi ada resiko membuat orang dari agama lain menghindarinya, suatu hal yang tak perlu terjadi bila karya satra dakwah itu tetap pada jalur menyebarkan nilai-nilai. Wallahu a'lam.(Ahmad Tohari)
D.      Pengertian Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromekanis bagi pengguna akhiruntuk mengakses kontennya. Istilah ini merupakan kontras dari media statis (terutama media cetak), yang meski sering di hasilkan secara elektronis tetapi tidak membutuhkan alat elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir atau user. Sumber media elektronik yang familiar bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi media dan konten dering. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun media baru umumnya berbentuk digital. Media elektronik yang sering di temui adalah seperti Radio, TV, Film, Audio dan lain-lain.

Mengenai macam-macam media elektronik yang dapat dimanfaatkan para da’i masa kini untuk menyiarkan dakwahnya berkutat pada radio, televisi, film dan internet. Sebenarnya masih banyak lagi sarana ataupun media-media elektronik yang dipakai untuk menyiarkan dakwah, seperti handphone, telegram, dan faximile. Namun sarana itu saat ini sudah dinilai kurang marak dari hingar-bingar dakwah melalui media elektronik.
a.    Radio
Berdakwah atau menyerukan kebaikan tidak hanya terbatas diatas mimbar saja, dan pada masa yang moderen ini radio merupakan salah satu sarana atau media yang bisa digunakan untuk memperluas dakwah. Dalam bukunya Asep kusnawan (Komunikasi penyiaran Islam: 2004), Ada beberapa factor efektivitas siaran baik itu disebabkan daya kekuatan yang dimilikinya. Diantaranya adalah daya langsung, daya tembus, dan daya tarik.
1. Daya Langsung
Tabligh atau berdakwah melalui siaran radio dalam ragka mencapai sasaran yakni pendengar tidak harus mengalami proses yang kompleks. Setiap materi dakwah tinggal diucapkan didepanmicropoun radio. Pelaksanaannyapun berlangsung dengan mudah dan cepat. Setiap informasi atau berita yang terjadi, saat itupun dapat disiarkan secara langsung. Bahkan suatu peristiwa dapat diikuti oleh pendengar pada saat peristiwa itu berlangsung.
2. Daya Tembus
Daya tembus yang dimaksud disiniu adalah siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, jarak pun tidak menjadi masalah tergantung pada daya pancar pemancar. Yang pasti adalah bagaimanapun jauhnya tempat yang dituju oleh tabligh lewat siaran radio siaran, dapat ditembusnya selama masih dalam jangkauan pemancar.
3. Daya Tarik
Factor selanjutnya yang menjadikan radio tetap diminati adalah adanya daya tarik, yaitu sifat tabligh atau dakwah yang serba hidup atas tiga unsure yang ada pada radio itu sendiri.
a) Musik
Salah satu hal yang menjadi daya tarik bagi dakwah melalui radio adalah hadirnya musik. Tidak sedikit orang mendengarkan radio dengan motifasi mencari hiburan atau mendengarkan musik. Maka dari itulah petugas yang berurusan langsung dengan radio siaran berusaha agar segala macam program selalu ada nuansa hiburan didalamnya.
Jika berdakwah melalui radio, hiburan masih bisa dipertahankan dengan mendesain hiburan itu sedemikian rupa dan tidak kontra dengan program yang sedang mengudara. Jenis hiburanya atau musiknya bisa memilih lagu-lagu yang bernuansa atau bernafaskan Islami.
b.                  Sifat Radio Siaran
Auditif, yang dimaksud dengan auditif adalah keberadaan siaran radio hanya untuk didengar. Siaran yang sampai ke telinga pendengar pun hanya sepintas lalu saja. Dengan adanya sifat radio itu, maka ada positif dan negativenya berdakwah melaui radio. Seorang da’i tidak bisa melihat langsung dampak dari materi dakwah yang teah disampaikannya terlebih jika tidak adanya sesi tanya jawab.
Ganguan, sebanagi media massa radio tidak luput dari kekurangan yaitu terjadinya ganguan. Beberapa kemungkinan ganguan yang bisa terjadi antara lain factor bahasa, ganguan padachanel, serta ganguan factor mekanik atau yang berhubungan dengan peralatan (mesin).
Siaran radio tidak semulus dan sesempurna komunikasi antara dua orang yang berhadap-hadapan, sebab ia dilakukan melalui media dan medianya itu sendiri rentan terhadap ganguan. Ganguan yang sifatnya alamiah, diantaranmya sinar matahari yang mempengaruhi kejelasan siaran radio. Siaran juga terkadang dipengaruhi oleh cuaca dan turun naik gelombang atau ganguan teknis yang berupa tumpang tindih gelombang. Selain itu masih banyak ganguan yang lain terlebih jika radio tersebut sederhana sehingga berbagai kelemahan penagkapan siaran terjadi.
c.                   Unsur-unsur Radio
Siaran radio sebagai output stasiun penyiaran yang dikelola oleh organisasi penyiar, merupakan hasil perpaduan antara kreativitas manusia dan kemampuan sarana, atau antara perangkat keras dengan perangkat lunak.
Perangkat keras diantaranya:
- Sarana dan prasarana
- Pemancar dan perangkatnya
Perangkat lunak:
- Manusia sebagai pengelola
- Program
d.                  Memahami Tugas dan Pekerjaan Penyiar
Menjadi penyiar merupakan satu pekerjaan yang khas. Pekerjaan itu perlu dipelajari sepeti pekerjaan lainya, serta dibutuhkanya keterampilan atau kecakapan tersendiri. Menurut ahli radio, Ben G. Hennke dalam Onong Uchjana Efendi (1978:124), keahlian penyiar meliputi:
1. Komunikasi gagasan (communication of ideas)
2. Komunikasi kepribadian (communication of personality)
3. Proyeksi kepribadian (projection of personality)
- Keaslian (naturaless)
- Kelincahan (vitality)
- Keramahan (friendliness)
- Kesanggupan menyesuaikan diri (adaptability)
4. Pengucapan (pronouncation)
5. Control suara (voice controle)
- Pola titi nada (pitch)
- Kerasnya suara (loudess)
- Tempo (time)
- Kadar suara (quality) (Asep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, 2004: 51-61)
e.                   Telivisi
Tidak dipungkiri, dewasa ini telivisi merupakan media massa yang sangat popular di tengah masyarakat. Ia ada hampir disetiap tempat-tempat umum, kantor, rumah bahkan kamar. Oleh karena itu setiap informasi yang disampaikan melalui media telivisi akan sangat mudah sampai ketengah kaangan masyarakat.demikian juga pula yang disampaikan melalui telivisi adalah pesan-pesan dakwah atau tabligh maka dengan cepat tersosialisasikan.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini ada sekitar 20-23 juta rumah tangga yang memiliki pesawat TV. Tidak kurang dari 18 jam sehari berbagai acara dan informasi dijejalkan pada pemirsa di seluruh tanah air. Itu berarti hanya ada enam jam sehari waktu yang masih kosong. Itu pun ketika jam tayang relative sama. Ketika sudah mulai banyak stasiun TV yang non-stop, berarti waktu kosong melihat TV semakin mengecil.
Jika rillnya demikian, sudah saatnya kita memikirkan bagaimana caranya mengambil bagian dalam waktu yang cukup dominan pada kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan hal-hal tertentu yang benar dalam bingkai dakwah. Selama ini banyak umat Islam hanya menjadi orang yang menikmati hasil karya orang lain. Kalaupun ada yang sudah mampu memberikan warna itupun belumbegitu besar. Ketika umat Islam bisa lebih menempati bagian-bagian tekhnologi, tidaklah mustahil komunikasi penyiaran dakwah akan berkibar dengan sukses.
f.       Unsur-unsur dalam Siaran Televisi
Dalam suatu siaran telivisi terdapat sejumlah unsure. Masing-masing unsure tersebut tidak hanya memiliki tugas dan tangung jawab masing-masing, tetapi juga berada dalam suatu sisitem kerja yang terkoordinasi yang semuanya berangkat untuk menyajikan acara penyiaran sebaik mungkin untuk yang mengkonsumsi acara televise (pemirsa).
1) Proses Penyajian Acara
Dalam sebuah penyajian acara, seorang da’i atau mubaligh televise akan berhubungan erat dengtan berbagai pihak yang terlibat didalam proses penyajian suatu acara siaran televise, diantaranya prosedur, pengarah acara, asisten pengarah acara dan masih banyak lagi orang-orang yang akan terlibat didalam sebuah produksi televisi. Berbeda dengan penyiaran radio, televisi memiliki kesulitan dan kerumitan yang lebih dari radio. Maka dari itulah orang-orang atau sumber daya manusia yang menaganinya pun haruslah banyak dan memiliki disiplin ilmu tersendiri.
2) Pola Acara Siaran Televisi
Dunia penyiaran memiliki dampak yang sangat luas di masyarakat, sehingga perencanaan menjadi sangat penting untuk menentukan acara yang akan dirasakan. Perencanaan meliputi pengadaan materi siaran (produksi) serta penyiran materi siaran tersebut. Pengadaan mata acara (pogram) dalam siaran dapat diperoleh melalui:
1. Diproduksi sendiri
2. Diproduksi dengan melibatkan pihak lain
3. Hasil pertukaran program dengan stasiun lain
4. Dibeli dari usaha rumah poduksi (production house)
5. Merelai dari stasiun produksi lain
Hal yang harus ada pada mata acara:
- Judul mata acara
- Kriteria atau batasan penyiaran
- Format atau bentuk penyajian
- Durasi atau lama waktu siaran
Penentuan mata acara hendakya dilandasi oleh:
- Misi, fungsi dan tugas stasiun penyiaran
- Landasan filosofi, konstitusional dan operasional
- Hasil riset khalayak sebagai konsumen
- Norma, etika, estetika yang berlaku
- Kebijakan interen dan eksteren
Keterampilan bagi seorang penyiar merupakan aspek yang penting, salah satunya adalah keterampilan berbahasa yang didalamnya memiliki empat komponen. Keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubunganya dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa yang digunakan seseorang, semakin cerah dalam berbahsa, maka semakin jelas pulalah jalan pikiranya. Ketermpilan yang dimiliki hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara sering berlatih. Melatih keterampilan berbahasa seperti pula melatih keterampilan berpikir.
Bahasa yang digunakan dalam dunia televisi sangat khas, karena memadukan kata-kata, suara dan gambar bergerak secara bersama-sama dan seketika. Dalam perspektif komunikasi, berita memiliki daya tarik tersendirisebagai suatu pesan:
1. Organisasi pesan
2. Urutan pesan
3. Gaya pesan
4. Daya tarik pesan
Organisasi pesan adalah bagaimanan cara mengorganisasikan pesan yang akan disampaikan oleh televisi. Asep Kusnawan dalam (Komunikasi Penyiaran Islam, 2004: 73-85).
E.     Etika Siaran Dakwah di Media Elektronik
Berikut adalah beberapa etika atau akhlak yang harus di miliki saat berkomunikasi dakwah di radio:
a.                   Memperhatikan etika berbicara diantaranya;
1.      Qawlan Ma’rufan. Artinya berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan dakwah. Etika tersebut tentu akan lebih penting lagi jika dilihat dari sudut komunikasi massa yang pendengarnya bersifat missal seperti radio. Bila dai tidak mampu berkomunikasi lisan secara baik dan pantas dengan publik, maka sebetulnya ia dinilai sebagai dai yang tidak mempunyai etika komunikasi.
2.      Qawlan Kariman. Artinya berkomuikasi dengan perkataan yang muia. Dalam siaran dakwah di radio “Qawlan Kariman” mengisyaratkan sau prinsip utama dalam etika komunikasi Islam sebagai penghormatan kepada mad’u (pendengar).
3.      Qawlan Maysuran. Artinya berkomunikasi dengan perkataan yang pantas. Dalam berdakwah di radio, dai dianjurkan untuk menyajikan bahasa yag mudah dicerna oleh pendengar. Dalam Al-Quran dikemukakan istilah “Qawlan Maysuran” yang merupakan tuntutan untuk melakukan kounikasi dengan mempergunakan bahasa yag mudah dimengerti dan melegaka perasaan.
4.      Qawlan Balighan. Artinya perkataan yang mengena. “Qawlan Balighan” dapat diterjemahkan degan komunikasi yang efektf. Jadi, dai harus mampu berdakwah dengan mengguaka bahasa yang akan mengesankan atau membekas di hai pendengar. Sehigga pendengar tersentuh hatinya untuk mengamakan pesan dakwah yang diterimanya.
5.    Qawlan Layyinan. Artinya komunikasi yang lemah lembut.Dai harus berkomunikasi degan lembut, tanpa emosi, apalagi mencaci-maki pendengar yang sedang dibawa ke jalan yang benar. Karena dengan cara sepert ini bisa lebih cepat dipahami oleh lawan dialog.
a.                   Mengerti kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh media komunikasi radio.
b.                  \Melaksanakan teknik siaran di radio dengan baik.
c.                   Menguasai prinsip-prinsip dakwah melalui siaran di radio..




BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
Etika berasal dari kata ethos yaitu untuk suatu kehendak baik yang tetap. Etika berhubungan dengan soal baik atau buruk, benar atau salah. Etika adalah jiwa atau semangat yang menyertai suatu tindakan.
Sedangkan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.Dengan banyaknya media yang ada, maka da’i harus memilih media yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah.
Media cetak adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis. Dengan adanya media cetak kita dapat menggunakannya sebagai sarana komunikasi dan juga sebagai sarana mendapatkan informasi yang actual.
Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromekanis bagi pengguna akhiruntuk mengakses kontennya. Sumber media elektronik yang familiar bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi media dan konten dering. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun media baru umumnya berbentuk digital. Media elektronik yang sering di temui adalah seperti Radio, TV, Film, Audio dan lain-lain.
Memperhatikan etika berbicara diantaranya;
1.      Qawlan Ma’rufan
2.      Qawlan Kariman.
3.      Qawlan Maysuran
4.      Qawlan Balighan
5.      Qawlan Layyinan.

B.     Saran
Setelah membaca makalah ini, perlu diingat bahwa penulis masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, tak henti-hentinya berharap kepada pembaca untuk segan membenahi kembali jika ada kekeliruan serta melengkapi referensi pengetahuan dengan membaca buku-buku tentang PR agar lebih memahami materi ini.






DAFTAR PUSTAKA