Oleh : Abdurrohman As.
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dekade
terakhir ini telah membawa perubahan besar dalam industri komunikasi yang
memungkinkan terjadinya konvergensi media dengan menggabungkan media massa
konvensional dengan teknologi komunikasi. Hal ini dapat terlihat pada media
cetak besar yang ada di Indonesia memanfaatkan teknologi komunikasi dengan
membuat portal berita online. Konvergensi media ini pula melahirkan jurnalisme
baru yaitu jurnalisme online.
Disamping media komunikasi
yang telah terlebih dahulu akrab dan diterima khalayak seperti media cetak dan
media elektronik, media online kini telah menjadi salah satu media komunikasi
yang mulai mendapat banyak perhatian dari masyarakat. Keberadaanya juga mulai
menjadi favorit bagi seluruh lapisan masyarakat.
Online adalah istilah bahasa dalam internet yang
artinya sebuah informasi yang dapat diakses dimana saja selama ada jaringan
internet. Oleh sebab itu jurnalisme online adalah perubahan baru dalam ilmu
jurnalistik. Media online menyajikan informasi cepat dan mudah diakses dimana
saja.
Media online (online media)
juga berarti media massa yang tersaji secara online di situs web (website)
internet. Media online adalah media massa ”generasi ketiga” setelah
media cetak (printed media) –koran, tabloid, majalah, buku– dan media
elektronik (electronic media) –radio, televisi, dan film/video. Media
Online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online –disebut juga cyber
journalisme– didefinisikan sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang
diproduksi dan didistribusikan melalui internet”.
Secara teknis atau ”fisik”, media
online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan
internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website,
radio online, TV online (streaming), dan email.
Cyber journalism juga lazim dikenal
dengan nama online journalism dan berbagai ragam jurnalisme "masa
kini" meramaikan pasar media massa abad ini. Pesatnya perkembangan
teknologi, terutama teknologi komunikasi elektronik, membuka peluang jejaring komunikasi
yang semakin asyik dan semakin personal, dengan perangkat yang semakin
ringkas dan bermobilitas tinggi. Jurnalisme ini mengandalkan teknologi Internet
sebagai sarana sebarannya. Cyber journalism juga berlandaskan cara kerja
dan teknik serta etika yang pada dasarnya berasal dari jurnalisme cetak dan
jurnalisme pendahulunya, seperti radio dan televisi atau jurnalisme media
siaran (jurnalisme siaran).
Di Indonesia, perkembangan teknologi memiliki
banyak implikasi pada seluruh bidang kehidupan manusia. Perkembangan teknologi
yang begitu pesat ikut mempengaruhi proses eksistensi media. Hal tersebut
juga terjadi karena pola perkembangan manusia modern yang cenderung serba
instan. Media massa sedikit banyak akan mengalami pergeseran atau revolusi ke
arah yang lebih canggih. Mulai dari buku, majalah, surat kabar, atau media
cetak lainnya tidak memakai kertas lagi karena kita bisa membacanya secara
online. Perkembangan media online sejalur dengan makin merambahnya internet di
setiap pelosok di Indonesia, serta merebaknya handphone yang bisa dengan mudah
mengakses internet.
Beberapa
perusahaan media massa yang mulai merambah online diantaranya :
1. Kompas.com.
Sebelumnya
perusahaan kompas hanya membuat kompas.com untuk selingan dan untuk
mengantisipasi menjamurnya media massa online di Indonesia, namun sekarang
sudah termasuk sukses dalam pengelolaannya.
2. Okezone.com.
Okezone.com
muncul pada awal 2008 dengan penampilan lebih praktis dan memudahkan pembaca
berselancar di kanal-kanal pemberitaan.
3. Detik.com
Sudah
ada sejak 9 juli 1998
4. Tempointeraktif.com
5. Vivanews.com
6. Metrotv.com
7. Liputan6.com
Dan masih banyak lagi, baik yang berupa forum online, atau
berformat seperti koran online. Pergerakan itu merupakan upaya pemilik modal
untuk merespon perkembangan peradaban. Dimana masyarakat memiliki sifat dasar
ingin mendapatkan pelayanan praktis dalam berbagai hal. Bidang komunikasi
memang tidak dapat dipisahkan dari semua perkembangan teknologi yang berimbas
pada perkembangan media.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
dan Sejarah Lahirnya Jurnalisme Online
Jurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit,
menerbitkan berita melalui koran dan majalah atau memancarkan berita
melalui radio, televisi dan internet. Jurnalisme merupakan bagian dari
komunikasi massa secara luas. Kendati pengertian jurnalisme kini mencakup
medium yang sangat luas (termasuk juga radio, televisi, internet bahkan
bioskop), medium dasar dari jurnalisme adalah suratkabar. Wartawan pada umumnya
mengadopsi metode dan prinsip jurnalisme tradisional pada koran dan majalah.
Jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi atau
pesan yang menggunakan internet sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis
dalam melakukan tugasnya. Selama ini sadar atau tidak kita hanya memahami
online dalam artian ditampilkan di sebuah situs web. Padahal 'online' mencakup
berbagai tempat perkara (venue): web, email, bulletin board system (BBS), IRC,
dan lainnya. Tapi tentu bukan tanpa alasan bahwa kebanyakan jurnalisme online
saat ini diselenggarakan di web.
Dari sekian venue di Internet, web merupakan venue yang memungkinkan
penyelenggara jurnalisme online untuk menyediakan isi dengan features yang
sangat kaya dengan cara paling gampang. Namun, ini tidak berarti bahwa tak ada
venue lain yang dapat dipakai untuk menyelenggarakan jurnalisme online di
Internet.
Jurnalisme online menjadi berbeda dengan jurnalisme tradisional yang sudah
dikenal sebelumnya (cetak, radio, TV) bukan semata-mata karena dia mengambil
venue yang berbeda; melainkan karena jurnalisme ini dilangsungkan di atas
sebuah media baru yang mempunyai karakteristik yang berbeda -baik dalam format,
isi, maupun mekanisme dan proses hubungan penerbit dengan pengguna atau pembacanya.
Jurnalisme online lahir pada tanggal 19 januari 1998, ketika
Mark Drugle membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill
Clinton dengan Monica Lewinsky atau yang sering disebut monicagate. Ketika itu
Drugle berbekal sebuah laptop dan modern, menyiarkan berita tentang monicagate
melalui internet. Semua orang yang mengakses internet segera mengetahui rincian
cerita monicagate.
Sedangkan di Indonesia, Jurnalisme
Online kebanyakan lahir pada saat jatuh-nya pemerintahan Suharto di tahun 1998,
dimana alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak
pembaca. Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk berbagai jurnalisme
online.
Detik.com barangkali merupakan media online Indonesia pertama
yang di garap secara serius. Tidak heran karena pendirinya kebanyakan dari
media, Budiono Darsono (eks wartawan Detik), Yayan
Sopyan (eks
wartawan Detik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), dan Didi Nugraha. Server
detik.com sebetulnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai online
dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Jadi tanggal 9 Juli ditetapkan sebagai
hari lahir Detik.com.
Detik.com yang update-nya tidak lagi menggunakan
karakteristik media cetak yang harian, mingguan, bulanan. Yang dijual detik.com adalah
breaking news. Dengan bertumpu pada tampilan apa adanya detik.com menjadi media
jurnalisme online pertama yang melesat sebagai situs informasi digital paling populer
di kalangan pengguna internet Indonesia.
Masa awal detik.com lebih banyak terfokus pada berita
politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik mulai
reda dan ekonomi mulai membaik, detik.com memutuskan untuk juga melampirkan berita
hiburan, dan olahraga.
Media online detik.com di Indonesia yang telah sukses
menyajikan ragam berita, selain itu kantor berita Nasional Antara juga
menggunakan teknologi internet. Seiring berjalannya waktu, media online mulai
bermunculan seperti astaga.com, satunet.com, suratkabar.com, berpolitik.com,
dan ok-zone.com. Dengan lahirnya media online maka media cetakpun tidak mau
kalah, dengan dua penyajian media cetak dan media online seperti kompas.com,
temporaktif.com, republika.com, pikiran-rakyat.com, klik-galamedia.com, dan
masih banyak lagi. Itu adalah langkah baru berkembangnya teknologi yang telah
melahirkan jurnalisme online.
2. Karakteristik
Jurnalisme Online
Karakteristik
Jurnalistik Online saya bagi menjadi dua bagian, yakni bagian pertama berupa
“karakteristik primer” dan bagian kedua berupa “karakteristik sekunder” yang
menjadi keunggulan jurnalistik multimedia ini dibandingkan jurnalistik
konvensional (cetak/elektronik).
a. Karakteristik Primer
- Unlimited Space. Memungkinkan halaman (page) tak terbatas. Ruang bukan masalah. Artikel dan berita bisa sepanjang dan selengkap mungkin, tanpa batas.
- Audience Control. Memungkinkan audiens (reader, user, visitor) lebih leluasa memilih berita/informasi.
- Nonlienarity. Tiap berita berdiri sendiri sehingga audiens tidak harus membaca secara berurutan.
- Storage and retrieval. Memungkinkan berita “abadi”, tersimpan (terarsipkan) dan bisa diakses kembali dengan mudah kapan dan di mana saja.
- Immediacy. Menjadikan informasi bisa disampaikan secara sangat cepat dan langsung.
- Multimedia Capability. Memungkinkan sajian berita berupa teks, suara, gambar, video, dan komponen lainnya sekaligus.
- Interactivity. Memungkinkan interaksi langsung antara redaksi (wartawan) dengan audiens, seperti melalui kolom komentar dan social media sharing. (James C.Foust, Online Journalism: Principle and Practices of News for The Web [2005]).
b. Karakteristik Sekunder
- Produksi berita online lebih mudah dan murah ketimbang produksi berita cetak dan elektronik.
- Memungkinkan semua orang menjadi wartawan atau memproduksi dan menyebarluaskan informasi (everybody can be journalist).
- Tidak mengenal deadline. Berita dapat dipublikasikan (posting) dan diedit kapan dan di mana saja.
- Berita tersebar dengan cepat. Internet saat ini merupakan cara tercepat penyebaran berita (the fastest way to report news).
- Sirkulasi media/berita online bisa menjangkau seluruh dunia, tidak seperti di media cetak dan elektronik (radio/TV) yang terbatas.
- Banyak elemen yang bisa ditambahkan untuk melengkapi sebuah berita (news story), seperti video, kotak komentar, gambar bergerak (moving image), hyperlink, berita terkait (related news), dan sebagainya.
- Kesalahan dalam berita atau artikel dapat dengan mudah dikoreksi dan di-update.
- Online journalism does not create a lot of jobs. Jurnalistik Online tidak membutuhkan banyak orang (karyawan), bahkan bisa dilakukan oleh satu orang saja.
Karakteristik
jurnalisme online di atas kian menegaskan tipe jurnalistik berbasis intenet dan
multimedia ini sebagai jurnalistik
masa depan. Bisa
juga dikatakan, masa depan jurnalistik ada di internet. Wasalam. (www.romelteamedia.com)
3. Hubungan
Jurnalisme Online dengan Jurnalisme Konvensional
Jurnalisme online dan jurnalisme konvensional memang
merupakan jurnalisme yang mempunyai perbedaan yang sangat mendasar, baik dari
media yang digunakan, pelaku atau pekerja didalamnya, hingga penyusunan serta
penampilan pesannya yang juga berbeda, namun keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Keberadannya tidak bisa dikatakan sebagai media
yang berlawanan atau saling berkompetisi, namun juga sebagai media yang dapat
saling melengkapi dalam kegiatan jurnalistik atau dalam dunia jurnalisme.
Kehadiran kedua jenis jurnalisme tersebut pada intinya
memiliki tujuan yang sama, yakni berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau
menyajikan informasi atau berita yang penting bagi masrayakat atau khalayak
luas. Namun cara, sistem yang digunakan adalah berbeda, serta penyajiannya,
menjadikan kedua jurnalisme tersebut terlihat sebagai sebuah jurnalisme atau
media jurnalisme yang saling berkompetisi atau bersaing. Sebagai pengonsumsi
media atau berita sebaiknya dapat memilih saluran yang benar-benar dianggap efektif
serta dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi masing-masing individu
tersebut.
4. Kelebihan
dan Kekurangan Jurnalisme Online
Keunggulan jurnalisme online dibandingkan jurnalisme
konvensional (cetak atau elektronik) antara lain:
1.
Kapasitas luas
halaman web bisa menampung naskah sangat panjang.
2.
Pemuatan dan
editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja.
3.
Jadwal terbit
bisa kapan saja bisa, setiap saat.
4.
Cepat, begitu
di-upload langsung bisa diakses semua orang.
5.
Menjangkau
seluruh dunia yang memiliki akses internet.
6.
Aktual, berisi
info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian.
7.
Update,
pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja.
8.
Interaktif, dua
arah, dan ”egaliter” dengan adanya fasilitas kolom komentar, chat room,
polling, dsb.
9.
Terdokumentasi,
informasi tersimpan di ”bank data” (arsip) dan dapat ditemukan melalui ”link”,
”artikel terkait”, dan fasilitas ”cari” (search).
10. Terhubung
dengan sumber lain (hyperlink) yang berkaitan dengan informasi tersaji.
Kekurangan Media Online:
1. Tidak
ada ukuran pasti tentang siapa penerbit berita online, sehingga dapat diklaim
oleh beberapa pihak.
2. Adanya
kecenderungan mudah lelah saat membaca sajian di berita-berita online yang
panjang.
- Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.
4. Banyak
terjadi kesalahan penulisan yang dikarenakan ketergesa-gesaan dalam proses
penulisan.
5. Berpotensi
mengakibatkan cyber crime (kejahatan dunia maya) seperti penculikan, penipuan,
dan berbagai tindak criminal lainnya.
6. Menurunnya
minat baca di perpustakaan akibat lebih praktisnya media online.
7. Meningkatkan
plagiat akibat mudah dicurinya karya-karya yang tersaji di media online.
Kelebihan jurnalisme online, seperti yang tertulis dalam
buku Online Journalism. Principles and Practices of News for The Web (Holcomb
Hathaway Pulblishers,2005):
a.
Audience Control
Jurnalisme
Online memungkinkan audiens untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang
ingin didapatkannya.
b.
Nonlinearity
Jurnalisme
Online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri
sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami berita
tersebut.
c.
Storage and Retrival
Online
jurnalisme memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali secara mudah oleh
audiens.
d.
Unlimited Space
Jurnalisme
online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan atau ditayangkan kepada
audiens dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.
e.
Multimedia Capability
Jurnalisme
online memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar,
video dan komponen lainnya didalam berita yang akan diterima oleh audiens.
f.
Interactivity
Jurnalisme
online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audiens dalam setiap berita.
5. Kode
Etik Jurnalisme Online
Nicholas Johnson mantan Komisioner
Komisi Komunikasi Amerika Serikat (AS) dan penulis buku How to Talk Back to
Your Television Set yang juga Dosen Ilmu Hukum di Iowa College of Law (AS),
memberikan catatan hal-hal mendasar tentang kode etik dalam penulisan
jurnalistik online :
1. Dilarang menyerang
kepentingan individu, pencemaran nama baik, pembunuhan karakter atau reputasi
seseorang.
2. Dilarang menyebarkan
kebencian, rasialis, dan mempertentangkan ajaran agama.
3. Larangan menyebarkan
hal-hal tidak bermoral, mengabaikan kaidah kepatutan menyangkut seksual yang
menyinggung perasaan umum, dan perundungan seksual terhadap anak-anak.
4. Dilarang menerapkan
kecurangan dan tidak jujur, termasuk menyampaikan promosi atau iklan palsu.
5. Larangan melanggar dan
mengabaikan hak cipta (copyright) dan Hak Atas Karya Intelektual (HAKI,
atau Intelectual Property Right/IPR).
Sementara itu, Cuny Graduate School of Journalism yang
didukung Knight Foundation melalui halamannya di http://www.kcnn.org mencatat 10 langkah utama bagi
cyber journalist termasuk kalangan citizen journalist dan blogger supaya
terhindar dari masalah hukum, yakni:
a. Periksa dan periksa
ulang fakta,
b. Jangan gunakan informasi
tanpa sumber yang jelas.
c. Perhatikan kaidah
hukum
d. Pertimbangkan setiap pendapat,
e. Utarakan rahasia
secara selektif,
f. Hati-hati terhadap
apa yang diutarakan,
g. Pelajari batas daya ingat,
h. Jangan lakukan pelecehan,
i. Hindari konflik
kepentingan,
j. Peduli nasehat
hukum.
6. Prinsip
Dasar dalam Jurnalisme Online
Prinsip-prinsip berperilaku dan beretika bagi cyberjournalist juga
dikumandangkan oleh Poynter (http://www.poynter.org) salah satu organisasi di
AS yang menjadi acuan kalangan cyberjournalist lantaran senantiasa membuka wacana
untuk perkembangan cyberjournaslism dengan melibatkan kalangan pakar dan
praktisi multimedia massa sedunia. Poynter senantiasa mengingatkan kalangan
cyberjournalist untuk menelaah perkembangan internet lantaran secara langsung
mempengaruhi perilaku dan aturan main di abad digital.
Selain itu, jurnalis ber-internet dituntut untuk lebih memperhatikan
kecenderungan aktual menyangkut kredibilitas dan akurasi, transparansi dan
multimedia massa, serta harus waspada terhadap kecepatan penyampaian berita
yang seimbang dengan kapasitas akurasinya.
Beberapa hal utama yang ditekankan Poynter menyangkut profesi jurnalis dan
organisasi multimedia massa adalah sebagai berikut :
a.
Integritas keredaksian, karena hal ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan
publik sekaligus menjaga kredibilitas.
b.
Keterbukaan komunikasi di kalangan redaksi dalam organisasi multimedia massa,
sehingga dapat memanfaatkan peluang ekonomi guna meraih keuntungan dari
kecenderungan pertumbuhan bisnis internet.
c.
Riset Pasar dan menentukan ukuran berbisnis menjadi salah satu alat penting
dalam menentukan arah kebijakan atau panduan mengembangkan bisnis isi berita
(content), dan bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mendapatkan keuntungan
sekaligus memberikan pelayanan informasi ke publik.
d.
Pengalaman konsumen menjadi hal utama, sehingga perlu senantiasa mengevaluasi
berbagai model promosi atau iklan guna mengetahui keinginan publik yang secara
signifikan perlu diperhatikan organisasi multimedia massa.
Sementara itu, Paul Bradshaw dari Online Journalis Blog
menyatakan prinsip jurnalisme online sebagai berikut:
1.
Brevity (Ringkas)
Tulisan
jangan bertele-tele namun bukan berarti tulisan harus pendek, namun tulisan
yang panjang dapat diringkas dalam beberapa tulisan pendek sehingga lebih mudah
dibaca dan dipahami.
2.
Adaptability (mampu beradaptasi)
Perkembangan
teknologi komunikasi memaksa jurnalis harus mampu beradaptasi dengan hal
tersebut. Seorang jurnalis tidak hanya mampu menulis berita tapi juga harus
mampu menggunakan video, kamera dan lainnya. Tak hanya jurnalis yang harus
beradaptasi, informasipun harus beradaptasi.
3.
Scannabillity (mampu dipindai)
Sebagian
besar pengguna situs berita online mencari sesuatu yang spesifik. Tujuh puluh
sembilan persen dari pengguna melakukan scan halaman Web. Mereka mencari
informasi utama, subheadings, link, dan hal lain yang membantu mereka
menavigasi teks pada layar. Hal ini didasarkan asumsi bahwa pengguna tidak
betah berlama-lama melihat monitor. Bradshaw menekankan pentingnya dua kata
pertama sebagai judul untuk menarik perhatian pembaca.
4.
Interactivity (interaktif)
Memberikan
keleluasaan pada pembaca situs untuk memanfaatkan apa yang ditampilkan sesuai
kehendak mereka atau dengan kata lain, membiarkan pemirsa (viewer atau reader)
menjadi pengguna (user).
5.
Community and Conversation
Beberapa
tahun yang lalu, email merupakan hal yang paling populer digunakan oleh
pengguna internet, namun belakangan ini mulai tergantikan dengan jaringan
sosial dan pesan-pesan pendek yang menunjukkan kalau pengguna tidak hanya ingin
bersikap pasif dalam menggunakan konten online.
7. Bahasa Penulisan Jurnalisme Online
Sebagai media massa, media internet “harus” menggunakan
kaidah-kaidah jurnalistik dalam sistem kerja mereka, termasuk dalam penggunaan
bahasa jurnalistik dan kaidah bahasa Indonesia. Tidak ada perbedaan antara
bahasa jurnalistik cetak dan jurnalistik internet karena sama-sama “komunikasi
tulisan” atau “bahasa tulis”.
Dengan demikian, karakteristik dan prinsip penulisan bahasa
jurnalistik cetak (suratkabar, majalah, buletin, dan lain-lain), antara lain
hemat kata, ringkas, padat, jelas, logis, kalimatnya pendek-pendek, sederhana
dan mudah dipahami, juga berlaku di media internet. Perbedaannya hanyalah soal
tampilan atau mediumnya. Jurnalistik atau media internet bersifat virtual
sedangkan sajian jurnalistik atau media cetak itu tercetak (printed media).
Informal dan
interaktif. Itulah
ciri khas tulisan di website atau media online. “Penulis online dapat
berkomunikasi dengan pembaca mereka dalam bentuk yang lebih variatif dari
tulisan tradisional,” kata Robert Niles dalam artikelnya, ”How to write for
the Web”, di situs The Online Journalism Review (ojr.org).
”Gaya tulisan demikian akan membuat
pembaca Anda merasa nyaman membaca kata-kata Anda,”kata Niles. ”Seperti yang
mereka rasakan ketika berbicara dengan seorang teman dekat.”
Nile memberi resep buat para blogger.
Katanya, tuliskan di blog Anda yang Anda ketahui, termasuk pengalaman. “Bila
Anda tidak tahu sesuatu, jangan takut mengakuinya. “Blogger hebat memandang
posting mereka sebagai komentar pertama dalam sebuah percakapan, bukan kata
akhir sebuah topik pembicaraan.”
Secara umum, berikut ini resep Niles
tentang cara menulis yang baik di website:
a.
Short
Ringkas, the shorter the better.
b.
Active voice
Gunakan kalimat aktif.
c.
Strong verbs
Pilih kata kerja yang kuat.
d.
Contextual hyperlinking
Lengkapi dengan tautan informasi terkait; memungkinkan
pembaca memperkaya pengetahuan dan informasi pendukung.
e.
Use formatting
Gunakan variasi tampilan huruf atau kalimat, misalnya
dengan menggunakan daftar (list), header tebal, dan kutipan (blockquotes).
f.
Easy to read
Mudah dibaca; jangan ada blok teks atau alinea yang
lebih dari lima baris.
8. Jurnalisme Online dan Demokrasi
Era new media mulai berkembang di dalam kehidupan
kita. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh internet bisa kita rasakan
manfaatnya. Dengan hanya duduk diam tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga,
kita bisa menjelajah dunia melalui internet. Tak hanya itu, informasi yang
pernah ditampilkan dalam media massa, seperti televisi, radio, maupun media
cetak pun juga bisa kita temui di internet. Dibandingkan media massa yang lain,
internet memiliki kelebihan daya simpan yang tak terhingga. Segala sesuatu
mengenai masa lampau bisa kita telusuri di internet.
Sisi positif dari internet inilah yang coba dimanfaatkan
oleh kebanyakan media massa saat ini, mereka berlomba-lomba membuat versi
online dari media mereka. Dengan versi online, diharapkan audiens yang tidak
sempat menikmati media massa tesebut bisa tetap mengaksesnya. Memang merupakan
sebuah keuntungan bagi kita, namun lagi-lagi yang ditakutkan adalah akan
menggeser keberadaan media konvensional lainnya.
Konvergensi media yang saat ini banyak terjadi membuka
peluang bagi masyarakat awam untuk juga berpartisipasi dalam menjadi pewarta
bagi sesamanya. Dunia jurnalisme online selalu tidak jauh-jauh
dengan citizen journalism yang juga merebak seiring perkembangan new
media itu sendiri. Walaupun demikian, menjadi seorang citizen
journalist yang tidak dinaungi oleh institusi apapun juga perlu belajar,
minimal dasar-dasar jurnalisme.
Indonesia adalah negara yang demokratis. Dengan berakhirnya
era Orde Baru, lalu lintas informasi di negara kita tidak lagi dibatasi dan
dikuasai oleh pemerintah semata. Sekarang rakyat bisa bebas berpendapat. Apa
lagi didukung oleh keberadaan internet yang memiliki situs-situs tertentu
dimana masyarakat bisa turut serta berpartipasi di dalamnya. Sifat internet
yang tak memiliki penyaring atau filter membuat segala bentuk informasi dan
pendapat masyarakat muncul dengan mudahnya. Mau mengkritik tentang kinerja
pemerintah, bisa. Mau berkeluh-kesah tentang maraknya korupsi, juga bisa. Mau
saling bertukar pikiran juga bisa walaupun belum saling kenal dan terpisah
dengan jarak juga bisa.
Kebebasan berekspresi dan berpendapat melalui internet dalam
bentuk jurnalisme online, memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing.
Bagi masyarakat, Informasi dari internet dapat menembus jarak dan waktu serta
menyebar ke mana pun, hal semacam ini membuat pemerintah tidak sepenuhnya bisa
mengontrol informasi yang beredar karena saking luasnya. Nilai positifnya,
Masyarakat bisa lebih open minded dengan informasi-informasi yang
ada, sedangkan hal yang ditakutkan pemerintah adalah munculnya gerakan-gerakan
yang dikhawatirkan menentang para diktator.
Sepatutnya kita bersyukur dengan sistem demokratis yang
dianut oleh negara kita. Arus informasi apa pun bisa kita nikmati,
sekalipun yang menghujat pemerintah. Jika dibandingkan dengan negara-negara di
Timur Tengah, demokratisasi di Indonesia dan kebebasan menggunakan internet
jauh lebih unggul.
Bagi beberapa negara di Timur Tengah, penggunaan internet
amat dibatasi. Negara tersebut adalah Irak, Afghanistan, Syria, dan Lybia.
Internet dikhawatirkan memiliki potensi politik yang menentang pemerintah,
sehingga negara-negara tersebut mengabaikan manfaat ekonomi dari internet.
Arus informasi yang beredar di internet Indonesia sendiri
bisa beragam. Ada yang memang dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri demi
keterbukaan informasi publik, ada yang disiarkan oleh media massa yang
melakukan konvergensi media, ada pula yang diciptakan oleh masyarakat itu
sendiri (citisen journlism) demi membagikan gagasannya. Ketiganya
saling berkesinambungan. Ketika informasi dari
media-media mainstream dirasa kurang memuaskan, beberapa kelompok
masyarakat membuat situs mereka sendiri (misalnya tentang kebudayaan, keagamaan,
sosial-politik, dan sebagainya) atau membagi gagasan mereka melalui cara lain.
Citizen journalism yang muncul di internet juga bisa
mencakup kritik terhadap pemerintah, bahkan membuka sisi lain dari hal-hal
tertentu yang orang awam tidak ketahui. Masalah politik seperti ketidakadilan
hukum bisa ditentang melalui gerakan-gerakan tertentu yang diciptakan di dunia
maya. Hal ini sangat berpengaruh. Bagaimana masyarakat bisa saling bersatu dan
sepaham dengan hal-hal tertentu merupakan kekuatan tersendiri dari internet dan
keterbukaan informasi.
Di Indonesia pun pemerintah sempat memblokir ratusan situs
radikal. Tifatul Sembiring selaku Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo)
menjelaskan bahwa ada ketakutan yang muncul apabila situs-situs radikal tersebut
dibiarkan akan memecah belah persatuan Indonesia. Situs-situs radikal tersebut
menyebarkan kebencian dan fitnah antar suku, ras, bahkan agama. Dampaknya pun
akan terjadi kekerasan yang membawa-bawa kepentingan tertentu.
Demokratisasi dan jurnalisme online bisa saling bantu
sekaligus saling menjatuhkan disaat yang bersamaan. Dengan adanya jurnalisme
online dan teknologi yang canggih saat ini, masyarakat dimodernkan dan
pertumbuhan demokrasi menjadi cepat. Potensi yang ditawarkan internet untuk
pertukaran informasi antar banyak orang sudah lebih maju daripada upaya-upaya
penguasa untuk menjadikannya alat represi. Menurut Leslie D. Simon dalam
“Demokrasi dan Internet: Kawan atau Lawan?” ia optimis bahwa internet dan
informasi di dalamnya mampu membawa hal positif sekalipun ada sensor. Saya
sepakat akan hal ini. Jurnalisme online yang ada dalam internet akan memberikan
pengaruh positif bagi demokrasi sebuah negara.
2.9. Migrasi Pemberitaan Media
Online Versus Surat Kabar
Perjalanan media saat ini mulai bergeser. Dibandingkan media
cetak, saat ini perjalanan media online sudah membuktikan keperkasaannya.
Terbukti, dari beberapa kali pendapatan iklan dan pembaca, media online telah
melampaui surat kabar cetak.
Di Indonesia, media-media online sudah memasuki tahap baru
dalam dunia jurnalisme. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, mulai tahun 2010,
media online sudah mendapat hati bagi pembaca yang mayoritas membutuhkan
percepatan informasi.
Migrasi dari kertas (Koran) ke web (online) saat ini
menunjukkan peningkatan yang significant. Itu bisa jadi karena penerapan pada
komputer tablet dan penyebaran smartphone mendorong percepatan media online
yang memang dikenal sangat loyal terhadap pembaca.
Di Indonesia, ada beberapa media online yang kini mencapai
tingkat perkembangan yang cukup pesat. Sebut saja Detikcom, Kapanlagi.com,
Antaranews.com, Kompas.com, JPNN.com, Inilah.com, Rakyatmerdeka.com,
Vivanews.com, Mediaindonesia.com, dan Lensaindonesia.com Yang lebih mengejutkan,
rata-rata media online tersebut merupakan penjelmaan dari surat kabar atau
bahkan media elektronik yang sebelumnya sudah ada. Seperti Kompas.com dengan
koran Kompas, Rakyatmerdeka.com dengan Koran Rakyat Merdeka, Mediaindonesia.com
dengan koran Media Indonesia dan Vivanews.com dengan jaringan televisi TVone
dan Antv.
Perkembangan online yang demikian pesatnya, menunjukkan jika
surat kabar (saat ini) sedang menderita. Tidak hanya dari krisis ekonomi,
melainkan karena banyak orang yang memilih membaca berita dan informasi melalui
online dan (secara otomatis) pemasang iklan mengikuti pola pembaca.
Pada tahun 2010, koran-koran di Indonesia banyak yang
melaporkan penurunan pendapatan iklan ketika media lain seperti televisi sedang
menikmati rebound dalam penjualan iklan. Pendapatan iklan koran pada tahun 2010
turun 46 persen dalam empat tahun.
Sementara di sisi lain, pendapatan iklan online mengalami
peningkatan. Ini sebuah tantangan untuk organisasi berita bahwa banyak klien
yang memilih belanja melalui iklan online ini.
Sejak itu pula, koran-koran juga telah merasakan dampak
media online. Mereka menderita. Terbukti, banyak media cetak yang memilih untuk
menyusutkan staf, termasuk reporter dan editor. Atau memintahkan mereka ke
bagian lain, terutama di bagian iklan untuk menguatkan posisi marketing.
Karena itu tidak heran jika kemudian media-media cetak besar
saat ini sudah (latah) mulai menggunakan media online. Hal itu dikarenakan
mereka tak ingin iklan dan pembaca Koran menyusut.
Surat kabar mulai mengenakan biaya untuk akses online ke
situs Web mereka. Namun demikian, sepak terjang mereka sudah terlambat
(terlanjur dibatasi). Mereka selama ini boleh dibilang hanya mengekor
media-media online yang sudah ada. Di sisi lain mereka juga menggunakan online
dengan tetap mengacu pada image (penamaan) koran yang sudah ada.
Ini tentu saja akan menjadi boomerang bagi mereka. Pasalnya,
pembaca sudah bosan dengan media tersebut. Sehingga mereka lebih memilih
media-media online yang memang mengawali dari bisnis online.
Jika melihat perkembangan media online belakangan ini, baik
dengan banyaknya sistem-sistem yang berkembang maupun kualitas pemberitaan,
tidak menutup kemungkinan pada 2012 ini, media online bakal menggeser
keberadaan media konvensional seperti surat kabar.
BAB III
KESIMPULAN
Jurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit,
menerbitkan berita melalui koran dan majalah atau memancarkan berita
melalui radio, televisi dan internet. Jurnalisme merupakan bagian dari
komunikasi massa secara luas.
Jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi atau
pesan yang menggunakan internet sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis
dalam melakukan tugasnya.
Jurnalisme online lahir pada tanggal 19 januari 1998, ketika
Mark Drugle membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill
Clinton dengan Monica Lewinsky atau yang sering disebut monicagate.
Sedangkan di Indonesia, Jurnalisme
Online kebanyakan lahir pada saat jatuh-nya pemerintahan Suharto di tahun 1998,
dimana alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak
pembaca. Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk berbagai jurnalisme
online.
Detik.com barangkali merupakan media online Indonesia pertama
yang di garap secara serius. Masa awal detik.com lebih banyak terfokus pada
berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik
mulai reda dan ekonomi mulai membaik, detik.com memutuskan untuk juga
melampirkan berita hiburan, dan olahraga.
Karakteristik jurnalisme online yang paling terasa meski
belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun pemirsa untuk
membuat peralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Beberapa
karakteristik dari jurnalisme online dibandingkan ”jurnalisme konvensional”
(cetak/elektronik) adalah sebagai berikut: real time, penerbit, unsur-unsur
multimedia, interaktif, tidak membutuhkan organisasi resmi.
Jurnalisme online dan jurnalisme konvensional memang
merupakan jurnalisme yang mempunyai perbedaan yang sangat mendasar, baik dari
media yang digunakan, pelaku atau pekerja didalamnya, hingga penyusunan serta
penampilan pesannya yang juga berbeda, namun keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Kehadiran kedua jenis jurnalisme tersebut pada
intinya memiliki tujuan yang sama, yakni berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau
menyajikan informasi atau berita yang penting bagi masrayakat atau khalayak
luas. Namun cara, sistem yang digunakan adalah berbeda, serta penyajiannya,
menjadikan kedua jurnalisme tersebut terlihat sebagai sebuah jurnalisme atau
media jurnalisme yang saling berkompetisi atau bersaing.
Melihat
berbagai fenomena diatas, semakin jelas bahwa sisi positif dan negatif
jurnalisme online, dalam hal ini internet tidak dapat saling dijauhkan. Ketika
satu sisi informasi tersebut mengungkap hal-hal yang selama ini ditutupi oleh
pemerintah namun dibutuhkan rakyat, rakyat menjadi semakin kritis dan bebas
berekspresi. Akan tetapi ketika informasi yang disebarkan mengandung
kepentingan tertentu dan menghasut pihak lain, rakyat menjadi terpecah belah.
Jurnalisme
online bisa menjadi kawan sekaligus lawan. Tidak ada agenda seting dalam
informasi di internet karena berbagai sudut pandang bisa tercakup di dalamnya.
Tidak ada batasan waktu untuk mengakses informasi. Namun segala kenyamanan yang
ditawarkan tersebut juga membawa efek atau dampak yang besar bagi penggunanya.
Ketika
jurnalisme dalam televisi, radio, dan media cetak sudah mulai tergeser oleh
jurnalisme online, disinilah pemerintah juga mulai was-was akan keterbukaan
informasi yang diterima masyarakat. Kedepannya bisa-bisa jurnalisme online
menjadi ancaman bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terselubung.
DAFTAR PUSTAKA
Reddick, Randy dan Elliot King (diterjemahkan oleh Masri Maris).
1996. Internet Untuk Wartawan, Internet Untuk Semua Orang. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Simon, Leslie David dkk. 2003. Demokrasi dan Internet: Kawan atau
Lawan?. Yogya: Penerbit Tiara Wacana
Kompas,
Tekno.Februari 14,2012.Rakyat Iran Sulit Akses Internet
<http://tekno.kompas.com/read/2012/02/14/13100591/Rakyat.Iran.Sulit.Akses.Internet.>
[April 28, 2012]
Institute, Alvero.Juni ,2010.
Pengaruh Media Online Terhadap .
<http://www.alveroinstitute.co.cc/2010/06/pengaruh-media-online-terhadap.html>
[April 28, 2012]
Lestari, Rani Dwi.Januari 12,2007.
Jurnalisme Online to be continue.
[April
28, 2012]
Widi, Fajar. Media Jurnalisme Online.
[April
28, 2012]
Singkat Cerita.Juli ,2008. Revolusi Media Internet.
[April
28, 2012]
Yulhendra. Desember 18,2008. Perbedaaan Antara Media Massa
Cetak dengan Media Massa Online.
[April 28,
2012]