Selasa, 24 Januari 2017

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Senin, 08 Juni 2015



KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr. Wb.    
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar tentang Komunikasi Antarbudaya dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya keimanan pada diri setiap insan. Makalah yang kami susun ini berisi tentang penjabaran rinci mengenai bagaimana hakikat, jenis, fungsi, tujuan, faktor pemicu beserta lasan-alasan pentingnya komunikasi antarbudaya untuk dilakukan.
Tak lupa pula kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini kedepannya dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi mahasiswa pendidikan biologi.
Demikian makalah ini kami sampaikan, kurang dan lebihnya mohon maaf.
Sekian
Mataram, 24 Maret 2015
Penyusun
           


DAFTAR ISI
Halaman
COVER............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A.    LATAR BELAKANG............................................................................................ 1
B.     RUMUSAN MASALAH....................................................................................... 1
C.     TUJUAN................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................................
A.    KESIMPULAN......................................................................................................
B.     SARAN...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam keberagaman seperti suku, bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Indonesia terkenal dengan keberagaman budayanya. Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Untuk mengenal budaya yang satu dengan yang lainnya diperlukan adanya komunikasi. Dengan berkomunikasi seseorang dapat memahami perbedaan antar budaya yang satu dengan yang lainnya.  
Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan komunikasipun turut menentukan budaya. Komunikasi antar budaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi membawa latar belakang budaya pengalaman yang berbeda dan mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya.
Berkomunikasi merupakan kebutuhan yang fundamental bagi seseorang yang hidup bermasyarakat, tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat, maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antaralain:
1.      Apa hakikat komunikasi antarbudaya?
2.      Apa saja fungsi komunikasi antarbudaya?
3.      Apa saja tujuan komunikasi antarbudaya?
4.      Apa saja faktor pemicu komunikasi antarbudaya?
5.      Bagaimana ruang lingkup komunikasi antarbudaya?
6.      Bagaimana peranan bahasa dalam proses komunikasi antarbudaya?
7.      Apa saja asumsi-asumsi komunikasi antarbudaya?
8.      Bagaimana hambatan komunikasi antarbudaya?
9.      Mengapa komunikasi antarbudaya dapat dikatakan sebagai fenomena soaial?
10.  Apa perbedaan antara komunikasi antarbudaya dengan komunikasi antar lintas?
C.    TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini antaralain:
1.      Untuk mengetahui apa hakikat komunikasi antarbudaya
2.      Untuk mengetahui apa saja fungsi komunikasi antarbudaya
3.      Untuk mengetahui apa saja tujuan komunikasi antarbudaya
4.      Untuk mengetahui apa saja faktor pemicu komunikasi antarbudaya
5.      Untuk mengetahui  bagaimana ruang lingkup komunikasi antarbudaya
6.      Untuk mengetahui bagaimana peranan bahasa dalam proses komunikasi antarbudaya
7.      Untuk mengetahui  apa saja asumsi-asumsi komunikasi antarbudaya
8.      Untuk mengetahui bagaimana hambatan komunikasi antarbudaya
9.      Untuk mengetahui mengapa komunikasi antarbudaya dapat dikatakan sebagai fenomena soaial
10.  Untuk mengetahui apa perbedaan antara komunikasi antarbudaya dengan komunikasi antar lintas


BAB II
PEMBAHASAN
A.    HAKIKAT KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
1. Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata units, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan communion yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan gabungan, pergaulan atau hubungan. Karena untuk bercommunio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata itu dibuat kata kerja communicate yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Jadi komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Endang Lestari dan MA Maliki, (2009:4-5) Pengertian lain bahwa komunikasi dari kata communicate yang berarti sebagai upaya untuk membuat pendapat, mengatakan perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh orang lain (to make opinios, feelings, information etc, known ot understood by others). Arti lain juga sebagai berbagi (to share), bertukar (to exchange) pendapat, perasaan, informasi. Communication diartikan sebagai tindakan atau proses berkomunikasi (the act or process of communicating). Secara terminologi, para pakar yang memberikan definisi tentang komunikasi diantaranya sebagai berikut: 
Menurut Harwood bahwa communication is more technically defined as a process for conduction the momories, yaitu komunikasi didefinisikan lebih teknis sebagai suatu proses untuk membangkitkan kembali ingatan-ingatan. Shannon and Weaver mendefinisi bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya.
Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses hubungan antara satu orang dengan orang lain atau kelompok atau sebaliknya, yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama melalui pertukaran informasi yang dapat berpengaruh terhadap sikap atau tingkah laku orang lain.
2. Pengertian Budaya
Kata ”budaya” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu ”buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti budi atau akal. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan budi atau akal.
Istilah lainnya ”culture” yang merupakan istilah bahasa asing, sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata ”colere” yang artinya adalah mengolah atau mengerjakan, keahlian mengolah, mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere yang kemudian berubah menjadi culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Untuk melengkapi pemahaman mengenai pengertian komunikasi antarbudaya ini, dibawah ini ada beberapa definisi yang dapat dijadikan rujukan, yaitu:
  1. Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya.
  2. Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya.
  3. Komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau model lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
  4. Komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seorang yang berkebudayaan tertentu kepada orang yang berkebudayaan lain.
  5. Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yangberbentuk symbol yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
  6. Komunikasi antarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda danmenghasilkan efek tertentu.
  7. Komunikasi antar budaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan di antara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau bantuan hal lain disekitarnya yang memperjelas pesan (Liliweri, 2003:9).
Beberapa pakar mendefinisikan komunikasi antarbudaya di antaranya:
1.      Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antara suku bangsa, antaretnik dan ras, antarkelas sosial.
2.      Samover dan Porter
Komunikasi antarbudaya terjadi di antara produser pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda.
3.      Chaley H. Dood
Komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta (Liliweri, 2003:10).
4.      Young Yun Kim (1984)
komunikasi antarbudaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana orang-orang yang terlibat didalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
5.      Joseph DeVito (1997)
Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda – antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda
6.      Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss
Intercultural communication as communication between members of different cultures whether defined in terms of racial, ethic, or socioeconomic differences (komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi antara dua anggota dari latar yang berbeda.
Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya (intercultural communication generally refers to face-to face interaction among people of divers culture). Sedangkan Collier dan Thomas, mendefinisikan komunikasi antarbudaya “as communication between persons ‘who identity themselves as distict from’ other in a cultural sense” (Purwasito, 2003:122). Jadi komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi).
B.     JENIS DAN BENTUK KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Ada beberapa jenis atau model komunikasi yang menjadi bagian dari komunikasi antarbudaya antaralain komunikasi internasional (International Communications), komunikasi antarras (interracial communication), komunikasi antaretnis (interethnic communication).
Pertama, komunikasi internasional (International Communications), yaitu proses komunikasi antara bangsa dan negara. Komunikasi ini tercermin dalam diplomasi dan propaganda, dan seringkali berhubungan dengan situasi intercultural (antarbudaya) dan interracial (antarras). Komunikasi internasional lebih menekankan kepada kebijakan dan kepentingan suatu negara dengan negara lain yang terkait dengan masalah ekonomi, politik, pertahanan, dan lain-lain.
Menurut K.S. Sitaram, bahwa komunikasi internasional adalah komunikasi antara struktur-struktur politik alih-alih antara budaya-budaya individual, artinya komunikasi internasional dilakukan antara bangsa-bangsa, sering lewat para pemimpin negara atau wakil-wakil negara (menteri luar negeri, duta besar, konsul jenderal, dan sebagainya). Para wakil negara tersebut mewakili kepentingan negaranya dalam upaya meyakinkan negara lain atas berbagai kebijakan.
Secara lebih spesifik (Liliweri,2001:22) studi-studi komunikasi internasional disandarkan atas pendekatan-pendekatan maupun metodologi sebagai berikut:
  1. Pendekatan peta bumi (geographical approach) yang membahas arus informasi maupun  liputan internasional pada bangsa atau Negara tertentu, wilayah tertentu, ataupun lingkup dunia, di samping antarwilayah.
  2. Pendekatan media (media approach), adalah pengkajian berita internasional melalui suatu medium atau multimedia.
  3. Pedekatan peristiwa (event approach) yang mengkaji suatu peristiwa lewat suatu medium.
  4. Pendekatan ideologis (idelogical approach), yang membandingkan sistem pers antarbangsa atau melihat penyebaran arus berita internasional dari sudut ideologis semata-mata.                                         
Kedua, komunikasi antarras (interracial communication), yaitu suatu komunikasi yang terjadi apabila sumber dan komunkan berbeda ras. Ciri penting dari komunikasi antarras ini adalah peserta komunikasi berbeda ras. Ras adalah  sekelompok orang yang ditandai dengan ciri-ciri biologis yang sama. Secara implisit komunikasi antarras ini termasuk ke dalam komunikasi antarbudaya. Hambatan utama dalam komunikasi antar-ras ini adalah sikap curiga kepada ras lain. Misalnya orang Jepang berkomunikasi dengan orang Amerika.
Ketiga, komunikasi antaretnis (interethnic communication), yaitu berkaitan dengan keadaan sumber komunikannya, sama ras/suku bangsa tetapi berbeda asal etnis dan latar belakangnya. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang ditandai dengan bahasa dan asal-usul yang sama. Oleh karena itu komunikasi antaretnik merupakan komunikasi antarbudaya. Misalnya,  komunikasi antara orang-orang Kanada Inggris dengan Kanada Prancis. Mereka sama-sama warga negara Kanada, sama rasnya tetapi mempunyai latar belakang, perspektif, pandangan hidup, cita-cita, dan bahasa yang berbeda.
Menurut DeVito (1997:480), bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya meliputi :
  1. Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda. Misalnya, antara orang Katolik Roma dengan Episkop, atau antara orang Islam dan orang Jahudi.
  2. Komunikasi antara subkultur yang berbeda. Misalnya, antara dokter dn pengacara, atau antara tunanetra dan tunarungu.
  3. Komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang dominan. Misalnya, antara kaum homoseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum manula dan kaum muda.
  4. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria dan wanita.
C.     FUNGSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Secara khusus, fungsi komunikasi antarbudaya adalah untuk mengurangi ketidakpastian.  Menurut Gundykunstt dan Kim (dalam Liliweri, 2003:19), usaha untuk mengurangi tingkat ketidakpastian itu dapat dilakukan melalui tiga tahap interaksi, yakni:
1.   Pra-kontak atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal maupun nonverbal (apakah komunikan suka berkomunikasi atau menghindari komunikasi).
2.   Initial contact and imppresion, yakni tanggapan lanjutan atas kesan yang muncul dari kontak awal tersebut; misalnya anda bertanya pada diri sendiri; Apakah saya seperti dia ?  Apakah dia mengerti saya ?  Apakah saya rugi waktu kalau berkomunikasi dengan dia ?
3.   Closure, mulai membuka diri anda sdendiri yang semula tertutup melalui atribusi dan pengembangan kepribadian implisit. Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995:14), pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu bersikap terbuka kepada yang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses tersebut dapat berjalan secara serentak antara kedua belah pihak sehingga  membuahkan relasi yang terbuka antara kita dengan orang lain.
Secara umum, fungsi komunikasi antarbudaya terbagi menjadi 2 bagian antaralain fungsi pribadi dan sosial.
A.      Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
a.    Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
b.    Menyatakan Integrasi Sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
c.    Menambah Pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
d.   Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
B.       Fungsi Sosial
a.    Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
b.    Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
c.    Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
d.   Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
D.    TUJUAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Kemampuan komunikasi antarbudaya tidak sekedar untuk tujuan pragmatis pergaulan, tetapi lebih dari itu memiliki tujuan tertentu yang bersifat kognitif dan afektif.  Litvin (dalam Mulyana, ed., 2001) merinci tujuan tersebut adalah:
  1. Menyadari bias budaya.
  2. Lebih peka secara budaya.
  3. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan  hubungan yang langgeng dan memuaskan dengan orang tersebut.
  4. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri.
  5. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang.
  6. Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri.
  7. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya.
  8. Membantu memahami kontak antarbudaya sebagai suatu cara untuk memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya.
  9. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi antarbudaya.
  10.  Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai  yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.
E.     FAKTOR PEMICU KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Suatu fenomena atau realitas tidak hadir dengan sendirinya, melainkan selalu melibatkan faktor pemicunya. Beberapa faktor pemicu yang melatarbelakangi komunikasi antarbudaya adalah: 
1.   Aspek Kepentingan Domestik
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dapat dikatakan sebagai negara yang unik sekaligus fenomenal.  Dengan berbagaimacam keragaman yang dimilikinya mulai dari Sabang sampai Marauke yang terdiri dari beragam suku, etnik, bahasa, budaya, agama dan sebaginya. Indonesia “bak kembang setaman”, dimana perbedaan menjadi sesuatu yang indah. Untuk mewujudkan keberagaman tersebut menjadi potensi yang konstruktif, dibutuhkan kemampuan komunikasi antarbudaya yang memadai, baik untuk menjalin hubungan informal antari ndividu yang berbeda budaya, maupun hubungan formal antara pemerintah dengan rakyatnya dalam konteks birokrasi.
Hubungan informal (aspek ekonomi-perdagangan), misalnya dapat dilihat pada proses perdagangan yang melibatkan beberapa suku: Padang, Batak, Sunda, Jawa, Bali, Madura, dan sebagainya. Pada konteks ini akan melahirkan proses komunikasi antarpribadi dan  antarbudaya yang menuntut satu sama lain saling memahami (mutual understanding). Keberagaman dalam aspek ekonomi-perdagangan ini jelas sangat terlihat  dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sejatinya, kebhinekaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia  dapat dilihat pada aspek-aspek berikut:
1)        Adanya kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari sejumlah suku bangsa dengan latab belakang  kebudayaan, bahasa daerah, dialek, nilai-nilai dan falsafah pemikiran agama, kepercayaan dn sejarah yang berbeda.
2)        Adanya pergeseran sistem nilai dalam masyarakat sebagai akibat pembangunan disegala sektor kehidupan.
3)        Derasnya arus informasi dan komunikasi yang dibawa oleh media massa modern dan para wisatawan yang memperlancar kontak-kontak antarkebudayaan.
4)        Pertambahan penduduk yang menuntut peningkatan sarana dan prasarana umum baik dalam kualitas maupun kuantitas.
 Pada konteks inilah komunikasi antarbudaya menjadi penting. Menurut Rumondor (2001), beberapa syarat yang diperlukan individu untuk melakukan komunikasi antarbudaya, yaitu:
a)        Adanya sikap menghormati anggota budaya lain sebagai manusia.
b)        Adaya sikap menghormati budaya lain sebagaimana adanya, dan bukan sebagaimana yang kita kehendaki.
c)        Adanya sikap menghormati hak anggota budaya yang lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak.
d)       Komunikator lintas budaya yang kompeten harus belajar menyenangi hidup bersama orang dari budaya yang lain.
Hubungan formal (birokrasi) pun menampakkan fenomena yang sama, di mana pemerintah perlu memahami keragaman budaya untuk melayani masyarakatnya. Pemahaman komunikasi antarbudaya akan mampu menciptakan pelayanan unggul (excellent service), karena sesungguhnya pelayanan apapun berpijak pada proses komunikasi yang mampu menciptakan kebersamaan (communis) dan saling memahami.
Begitu pun pada aspek politik, kunci penting terletak pada kemampuan berkomunikasi. Perlakuan untuk setiap wilayah sangat mungkin memiliki spesifikasi terentu, misalnya untuk Propinsi Aceh dan Papua. Berbagai strategi dan kebijakan pembangunan, stabilitas, dan perekonomian perlu didukung oleh strategi komunikasi yang tepat.  Apalagi, pada saat buku ini ditulis kondisi politik dan stabilitas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini sedang diuji oleh munculnya sparatis di Sulawesi (kasus tarian Cakalele) dan di Papua (kasus pengibaran bendera Bintang Kejora pada acara Konfrensi Adat Papu). Penyelesaian sparatisme bukanlah persoalan yang mudah, disamping diperlukan penanganan yang komprehensif-integratif juga dibutuhkan pemahaman komunikasi antarbudaya.
          2.   Aspek Kepentingan Internasional
Teknologi komunikasi dan transportasi yang semakin maju dan modern telah menyatukan bangsa-bangsa  ke dalam orde bangsa-bangsa global. Secara faktual, sampai saat ini masih terasa berbagai ketimpangan seperti ekonomi, politik, teknologi, bahkan ideologi antara bangsa-bangsa yang sudah maju dengan bangsa-bangsa berkembang. Ketimpangan yang terjadi bukan saja dipicu oleh ketimpangan ekonomi dan politik semata, tetapi sudah merambah ke masalah arus informasi dan komunikasi antarnegara maju dan berkembang.
Menurut Rumondor (2001) beberapa ketimpangan informasi dan komunikasi  ini seperti pada aspek:
1.   Perbedaan kemampuan ekonomi;
2.   Perbedaan kemajuan ilmu dan teknologi;
3.   Tidak adanya kesamaan hak dibidang informasi;
4.   Adanya dominasi negara maju terhadap media negara berkembang sejauh menyangkut aspirasi negara berkembang;
5.   Tidak adanya hubungan yang saling menguntungkan di bidang informasi dan komunikasi;
6.   Perbedaan sistem nilai.
Dengan memperhatikan berbagai masalah yang terjadi, maka keterlibatan antarbangsa untk menyelesaikan berbagai masalah yang timbul tidak dapat lagi dihindarkan. Komunikasi mernjadi penting, dalam arti sebagai “jembatan” untuk menghubungkan ide, gagasan dan pemikiran antarnegara. Dan oleh karena itu komunikasi antarbudaya pun menjadi keharusan untuk dipelajari.
3.   Aspek Kepentingan Saling Kebergantungan Ekonomi
Saat ini kebanayakan negara secara ekonomi bergantung pada negara lain (negara maju/kaya). Negara-negara yang sedang berkebang membutuhkan dana banyak untuk mendanai pembangunan di negerinya, dan itu salah satunya bergantung kepada negara-negara yang memiliki modal. Misalnya, Indonesia bergantung kepada Jepang, Amerika, dan negara-negara donor lainnya. Kebergantungan ekonomi mengharuskan mengetahui pola pergaulan dengan negara-negara sahabat (pemilik modal) yang sudah barang tentu memiliki kultur (budaya) yang berbeda. Di sinilah komunikasi antarbudaya berperan sebagai sarana pergaulan internasional.
4.   Aspek Politik Internasional
Keadaan suatu kawasan tidak selamanya terkendali secara politik. Dalam keyataannya banyak negara dan banyak kawasan mengalami gejolak politik yang menyebabkan dunia menjadi penuh ketidakpastian. Misalnya, kawasan Timur Tengah yang senantiasa dihiasi konflik Palestina – Israel, kawasan Asia yang selalu dihantui perang saudara Korea Utara – Korea Selatan, dan sebagainya. Oleh karena itu politik internasional harus senantiasa dijaga kestabilannya dengan cara membangun dialog dan saling pengertian yang terus-menrus.
Suatu bangsa harus memahami persoalan bangsa lain, dan jika terdapat persoalan harus secepatnya diselesaikan untuk menjaga persahabatan yang tetap utuh. Saling memahami dan menciptakan dialog yang memungkinkan terjaganya persahabtan antarnegara diperlukan salaing memahami budaya antarnegara. Pada ranah inilah komunikasi antarbudaya menjadi penting. Baik secara nasional (dalam negeri), regional (kawasan) dan internasional memerlukan pengetahuan komunikasi antarbudaya yang mendalam yang memungkinkan terciptanya kesalingpengertianan. Kepentingan ekonomi, sosial dan politik antarnegara serta kemajuan yang luar biasa dibidang teknologi komunikasi dan transportasi memaksa untuk saling memahami melalui unsur budaya dalam berkomunikasi.
Terdapat beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari studi komunikasi antarbudaya, antara lain:
1.   Perasaan senang dan puas dalam menentukan sesuatu yang baru, dalam hal ini kebudayaan orang lain yang belum pernah diketahui atau disadari sebelumnya.
2.   Pengetahuan tentang komunikasi antarbudaya dapat membantu untuk menghindari masalah-masalah komunikasi. Pemahaman mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi persepsi seseorang atau sekelompok orang dapat menjadi pedoman untuk memperlakukan mereka, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.
3.   Kesempatan-kesempatan kerja banyak terbuka untuk bidang komunikasi antarbudaya. Kebanyakan lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta, profit maupun non-profit, dalam berbagai tingkat, memerlukan orang-orang yang mempunyai wawasan komunikasi antarbudaya. Misalnya, bidang pendidikan, penyuluhan, industri, perusahaan-perusahaan multinasional yang mengutamakan pelayanan jasa dan produk dengan lingkup internasional, dan lain-lain.
4.   Memberikan kesempatan untuk mampu mempersiapkan dan memahami diri sendiri. Dalam usaha mengerti kebudayaan orang lain, kita dapat memperoleh pengertian yang lebih baik dan rasional tentang kita sendiri dan kebudayaan kita sendiri.
F.      RUANG LINGKUP KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Pada dasarnya, ruang lingkup komunikasi antarbudaya  tidak jauh berbeda dengan komunikasi secara umum. Namun yang menjadi penekanannya yaitu pada perbedaan budaya diantara para peserta komunikasinya. Berdasarkan analisis sederhana, ruang lingkup komunikasi antarbudaya dapat dirinci ke dalam empat wilayah utama, yaitu:
  1. Mempelajari komunikasi antarbudaya dengan pokok bahasan proses komunikasi antarpribadi dan komunikasi antarbudaya termasuk di dalamnya, komunikasi di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan, suku bangsa, ras dan etnik.
  2.  Komunikasi lintas budaya dengan pokok bahasan perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi lintas budaya.
  3. Komunikasi melalui media di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan namun menggunakan media, seperti komunikasi internasional.
  4. Mempelajari perbandingan komunikasi massa, misalnya membandingkan sistem media massa antarbudaya, perbandingan komunikasi massa, dampak media massa, tatanan informasi dunia baru.
Untuk merumuskan ruang lingkup komunikasi antarbudaya juga dapat ditelusuri dengan cara megintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang dimensi kebudayaan dalam konteks komunikasi antarbudaya. Adapaun dimensi yang perlu diperhatikan adalah:
  1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para pelaku komunikasi;
  2. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbudaya;
  3. saluran komunikasi yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antarbudaya, baik yang bersifat verbal maupun nonverbal.
G.    PERANAN BAHASA DALAM PROSES KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Bahasa bisa berupa verbal dan nonverbal, sebagai bentuk pesan yang digunakan oleh manusia untuk mengadakan kontak dengan realitas lingkungannya, mempunyai persamaan dalam hal berikut :
a.       Menggunakan system lambang atau symbol
b.      Merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh individu manusia
c.       Orang lain juga memberikan arti pada symbol yang dihasilkan tadi.
Istilah "Bahasa menunjukkan bangsa" artinya bahasa dapat menjadi ciri atau identitas suatu bangsa.Berbicara identitas berarti berbicara harga diri atau kebanggaan. Dengan memahami bahasa orang lain berarti berusaha menghargai orang lain. Tetapi memahami bahasa di sini tidak berarti harus memahami semua bahasa yang dipakai oleh mitra bicara kita.
Tanda dan symbol merupakan alat dan materi yang digunakan dalam interaksi. Kemampuan manusia untuk menggunakan simbol-simbol menjadikannya sebagai makhluk yang unik, yang membedakannya dari makhluk hidup lainnya. Tetapi kemampuan unik dan proses melakukan simbolisasi yang sesungguhnya rumit biasanya dianggap enteng saja oleh manusia itu sendiri, kecuali ketika mereka menghadapi masa sulitnya memperoleh kata yang tepat untuk menggambarkan sesuatu.
Bahasa terdiri dari symbol-simbol (kata-kata) dan aturan-aturan penggunaannya, yang memiliki karakteristik unik dari manusia, yakni kecakapan dan kemampuannya dalam menggunakan suara dan tanda sebagai pengganti dari benda dan perasaan. Kemampuan ini mencakup hal penerimaan, penyimpanan, pengolahan dan menyebarkan symbol-simbol. Lambang-lambang komunikasi bisa berupa suara, bahasa, gerak, gambar, dan warna.
Dalam pengertian yang paling mendasar, bahasa adalah suatu system symbol yang telah diatur, disepakati bersama dan dipelajari, yang digunakan untuk mewakili pengalaman-pengalaman dalam komunitas geografik atau cultural tertentu. Kebudayaan mengajarkan pada manusia untuk member nama pada benda-benda, orang-orang, gagasan-gagasan berdasarkan segi praktisnya, kegunaannya dan pentingnya agar bisa dipahami.
Secara verbal, yakni secara vocal bahasa memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting dalam pembentukan kebudayaan. Komunikasi nonverbal memainkan peranan penting pula dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini seringkali tidak disadari. Baik secara sadar maupun tidak sadar, dengan maksud maupun tidak dengan maksud tertentu, kita mengirimkan dan menerima pesan nonverbal, bahkan kita membuat  penilaian dan keputusan berdasarkan data nonverbal tersebut. Pesan atau perilaku yang nonverbal ini menyatakan pada kita tentang menginterpretasikan pesan-pesan lain yang terkandung didalamnya. Misalnya apa orang yang menyatakan pesan itu serius, bercanda, mengancam dan lain-lain.
Komunikasi nonverbal sama dengan komunikasi tanpa kata-kata, bisa terjadi jika individu berkomunikasi tanpa menggunakan suara, bisa pula dengan adanya ekspresi wajah, sentuhan, waktu, gerak, syarat, bau, perilaku dan lain-lainnya. Jelasnya bahwa komunikasi nonverbal merupakan proses yang dijalani oleh seorang individu atau lebih pada saat menyampaikan isyarat nonverbal yang memiliki potensi untuk merangsang makna dalam pikiran individu atau individu lain.
H.    ASUMSI-ASUMSI DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Berbicaralah dengan bahasa mereka. Jargon ini adalah kunci penting dalam mewujudkan komunikasi. Seorang komunikator yang baik adalah mereka yang memiliki kemampuan berbahasa (verbal dan nonverbal) yang dipahami oleh komunikannya. Sitaram dan Cogdell (1976) menyampaikan, bahwa komunikasi yang efektif dengan orang lain akan berhasil apabila kita mampu memilih dan  menjalankan teknik-teknik berkomunikasi, serta menggunakan bahasa yang sesuai dengan latar belakang mereka.
Atas dasar uraian di atas, beberapa asumsi komunikasi antarbudaya didasarkan atas hal-hal berikut:
1.   Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.
2.   Dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antarpribadi.
3.   Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi.
4.   Komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian.
5.   Komunikas berpusat pada kebudayaan.
6.   Efektivitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi  antarbudaya (Liliweri, 2003:15).
I.       HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
  Sedangkan terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antar budaya. Hambatan  komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak  yang berbentuk fisik. Hambatan-hambatan tersebut adalah (Chaney & Martin, 2004 11  – 12):
1)      Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan,  kebutuhandiri, dan juga media fisik.
2)      Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial  yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.
3)      Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang  berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya  akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
4)      Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar,  maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan  tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi  sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.
5)      Pengalaman (Experiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak  memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi  dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
6)      Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila  emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin  besar dan sulit untuk dilalui.
7)      Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)dan  penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata- kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
8)      Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi.
9)      Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan  kegiatan lain sambil mendengarkan.
J.       KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA SEBAGAI FENOMENA SOSIAL
Secara dasariah manusia memiliki kebutuhan (needs). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia melakukan interaksi sosial, dan interaksi sosial pada hakekatnya adalah melakukan komunikasi. Kebutuhan akan komunikasi sama halnya dengan kebutuhan akan bernafas. Dengan demikian komunikasi adalah fakta sosial dan sekaligus sebagai femomena sosial yang tak terhindarkan.  Dalam konteks hubungan (relasional), kita sepakat setiap orang membutuhkan komunikasi. Sekurang-kurangnya komunikasi tersebut dilakukan dalam:
1.   Orang berbicara tentang relasi mereka dalam pekerjaan, bagaimana mereka terlibat, bagaimana kebutuhan untuk menyatakan tenaganya;
2.   Orang bicara tentang komitmen yang berkaitan dengan relasi. Komitmen merupakan kondisi awal dari sebuah relasi;
3.   Orang berbicara relasi sebagai keterlibatan, terlibat bersama secara kuantitatif maupun kulaitatif dalam percakapan, dialog, membagi pengalaman;
4.   Orang bicara tentang relasi dalam istilah manipulasi, misalnya bagaimana saling mengawasi;
5.   Orang bicara tentang relasi dalam istilah untuk mempertimbangkan dan memperhatikan (Liliweri, 2003:6).
Dari sini akan muncul saling ketergantungan yang melahirkan sebuah komunitas bersama. Komunitas bersama meniscayakan adanya berbagai kemungkinan untuk saling tidak sependapat, dalam arti berbeda budaya, ideologi, gaya hidup, orientasai dan sebagainya. Berbagai problema segera akan mengemuka dan salah satunya akan menjadi persoalan komunikasi dalam konteks antarbudaya.
Tidak perlu bertanya, mengapa manusia diciptakan tidak sama dan serupa, termasuk budayanya ? Perbedaan budaya pada dasarnya adalah desain Tuhan dengan maksud untuk saling mengenal satu sama lain:
049-014.png 
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal (QS. Hujuraat/49:13).
Firman di atas secara tersurat memberikan pemahaman bahwa manusia perlu menjalin pergaulan meskipun berbeda suku dan bangsa. HikmaH dari itu semua adalah saling kenal mengenal. Dengan cara demikian, manusia bisa saling melengkapi, saling berbagai, saling menjaga untuk menciptakan kesejahteraan.
Perbedaan budaya dalam pergaulan menuntut setiap individu untuk saling memahami dan menyadari. Secara teoretis, kemampuan akan komunikasi antarbudaya menjadi bagian penting. Litvin merinci sekurang-kurangnya 12 alasan mengenai pentingnya mempelajari komunikasi antarbudaya, yaitu:
1.   Dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat diperlukan.
2.   Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilai berbeda.
3.   Nilai-nilai setiap masyarakat se”baik” nilai-nilai masyarakat lainnya.
4.   Setiap individu dan/atau budaya berhak menggunakan nilai-nilanya sndiri.
5.   Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku.
6.   Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain.
7.   Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain kita memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan dan masalah manusia.
8.   Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antarpribadi adalah suatu usaha yang memerluka kebranian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dari dia, tetapi semain berbahaya untuk memahaminya.
9.   Pengalaman-pengalaman antarbudaya dapat menyenangkan dan menumbuhkan kepribadian.
10.   Keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multikultural.
11.   Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahan atau memudahkan.
12.   Situasi-situasi komunikasi antarbudaya tidaklah static an bukan pula stereotip. Karena itu, seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Ia harus disiapkan untuk menghadapi suatu situasi eksistensial. Dalam konteks ini kepekaan, pengetahuan dan keterampilannya bisa membuatnya siap untuk berperan serta dalam menciptakan lingkungan yang efektif dan saling memuaskan.
K.    PERBEDAAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DENGAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
Komunikasi antarbudaya merupakan istilah yang mencakup arti umum dan menunjukkan pada komunikasi antara orang-orang yang mempunyai latar belakang  kebudayaan yang berbeda.  Dalam perkembangannya, komunikasi antarbudaya sering “disamakan” dengan komunikasi lintas budaya (cross cultural communication). Komunikasi lintasbudaya lebih memfokuskan pembahasannya kepada membandingkan fenomena komunikasi dalam budaya-budaya berbeda. Misalnya, bagaimana gaya komunikasi pria atau gaya komunikasi wanita dalam budaya Amerika dan budaya Indonesia.
Menurut Purwasito (2003:125), pada dasarnya, sebutan komunikasi lintas budaya sering pula digunakan para ahli menyebut makna komunikasi antarbudaya. Perbedaannya barangkali terletak pada wilayah geografis (negara) atau dalam konteks rasial (bangsa). Tetapi juga untuk menyebut dan membandingkan satu fenomena kebudayaan dengan kebudayaan yang lain, (generally refers to comparing phenomena across cultures), tanpa dibatasi oleh konteks geografis masupun ras atau etnik. Misalnya, kajian lintas budaya tentang peran wanita dalam suatu masyarakat tertentu dibandingkan dengan peranan wanita yang berbeda setting kebudayaannya. Itulah sebabnya komunikasi lintas budaya didefinisikan sebagai analisis perbandingan yang memprioritaskan relativitas kegiatan kebudayaan, a kind of comperative analysis which priorities the relativity of cultural activities.
Sementara, Liliweri (2001:22) menjelaskan komunikasi lintasbudaya yakni komunikasi lintas budaya lebih menekankan perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi di antara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan. Pada awalnya studi lintas budaya berasal dari perspektif  antropologi sosial dan budaya sehingga dia lebih bersifat depth description, yakni penggambaran yang mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu.
Jadi, komunikasi antarbudaya sejatinya lebih luas dan lebih komprehensif daripada komunikasi lintasbudaya. Penekanan antarbudaya terletak pada orang-orang yang terlibat komunikasi memiliki perbedaan budaya. Ia dapat dijumpai dalam komunikasi lintas budaya, komunikasi antar ras, komunikasi internasional, dan sebagainya, sepanjang kedua orang yang melakukan komunikasi tersebut memiliki latar belakang budaya yang berbeda.


BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah idpaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi).
2.      Komunikasi dan budaya memiliki hubungan yang berkaitan  antara yang satu dengan yang lainnya. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan komunikasipun turut menentukan budaya. Kegiatan komunikasi membawa latar belakang budaya pengalaman yang berbeda dan mencerminkan nilai yang berbeda.
3.      Komunikasi antarbudaya sudah menjadi kebutuhan antara individu maupun kelompok.
4.      Peranan bahasa sangat menentukan baik atau buruknya komunikasi yang dilakukan.
5.      Dengan melakukan komunikasi antarbudaya secara tidak langsung dapat mengetahui budaya dan pengalaman yang berbeda.
B.       SARAN


DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. KomunikasiAntarbudaya. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/komunikasi_antarbudaya  pada tanggal 20 Maret 2015 pukul 14.10 wita.
Zarkani. 2012. Pengaruh Komunikasi Terhadap Perkembangan Budaya. Diakses dari http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=99 pada tanggal 20 Maret 2015 pukul 14.15 wita.
Anugrah Dadan.Komunikasi Antarbudaya. Diakses dari https://dadananugrah.wordpress.com/category/komunikasi-antarbudaya/ pada tanggal 20 Maret 2015 pukul 14.17 wita.
DI KUTIP DARI  http://ilmusosialdanbudayadasari.blogspot.co.id/


0 komentar:

Posting Komentar