Kamis, 09 Februari 2017

PROSEDUR PRODUKSI FILM / SINETRON


1.      PRA PRODUKSI
Apa saja yang berlangsung pada masa pra produksi ini ?
- Ide
Ide merupakan cikal bakal sebuah film. Dari Ide sederhana kita bisa membuat film/ sinetron yang bagus, yang banyak ditonton orang. Pastikan anda sudah siap untuk memulai membuat film/sinetron dengan modal sebuah ide cerita.
- Riset
Selanjutnya agar Ide anda tadi lebih menarik alangkah baiknya jika anda melakukan riset (kecil-kecilan) agar ide yang sudah ada tadi didukung oleh data dan fakta. Ini cukup penting dilakukan karena penonton film sekarang ini cukup kritis.
- Basic Story
adalah sebuah dasar cerita yang akan dikemukakan mulai dari awal episode hingga episiode akhir.
- Sinopsis
adalah sebuah ringkasan. Ia bisa saja terdiri dari beberapa kalimat singkat yang memberikan gambaran singkat mengenai apa yang akan dikemukakan dalam setiap episode atau cerita lepas.
- Treatment
Setelah sinopsis, biasanya dikembangkan lah pembuatan sebuah hasil karya tulis baru yang disebut treatment. Dalam sebuah treatment telah dapat dilihat perkembangan jalur cerita. Berbagai situasi utama yang akan berlangsung dalam perkembangan jalur cerita film /sinetron terdapat dalam sebuah treatment. Dan ada kalanya berbagai dialog penting telah juga ditulis kedalamnya.   
- Skenario
Skenario merupakan proses kreatif  dalam pembuatan sebuah film/sinetron. Ia merupakan rancangan utama sebuah film/sinetron. Secara teori, skenario juga dinamakan script atau screenplay. Skenario merupakan salah satu element yang paling penting, Bisa saja terjadi berbagai perubahan baik atas isi, motivasi, tekanan atau dialog dalam tahapan persiapan, dan mungkin saja ketika pelaksanaan pembuatan film/sinetron.
Berdasarkan pengalaman kita di Indonesia terdapat dua gaya penulisan skenario untuk film/sinetron :
  1. Gaya Amerika serikat, dimana dia lebih mirip dengan naskah sandiwara, dimana dialog dan petunjuk-petunjuk pengadegan saling bergantian.  Pengarahan pangung kamera hampir tak tertera, terkecuali bila ada yang   amat prinsipil.
  2. Gaya Eropa, dimana halaman skenario terbagi dua kolom, dibagian kiri halaman terdapat berbagai keterangan tentang kamera, baik posisi maupun sudut pengambilannya. Sedangkan di sebelah kanan dapat dibaca dialognya dan berbagai keterangan mengenai musik dan suara-suara suasana (sound effects).



- SKENARIO BREKDOWN (Master Breakdown) atau PEMILIHAN SKENARIO
Selama masa pra produksi, sutradara dan staffnya sudah bekerja. Salah satu bidang kegiatan kerja mereka adalah melaksanakan apa yang disebut SkenarioBreakdown. Breakdown ini dikerjakan dengan satu konsep utama; demi efisiensi. Bukan karena ingin membingungkan orang. Pada ini dilihatlah berapa adegan yang bermain didalam (Interior)berapa banyak di luar (exterior) ; dimana ia berlangsung; apa saja yang terdapat didalamnya; siapa saja yang berperan didalamnya, apa yang digunakan mereka dsb nya.
Tujuan dari dibuatnya breakdown master agar menjadi pengetahuan bersama bagi mereka yang bekerja. Tidak ada satu detail –pun yang boleh terlewatkan, karena ini akan besar efek nya bagi efisiensi. Semakin rapi pekerjaan breakdown, semakin efisien unit produksi itu akan bekerja dan semakin berkurang berlangsungnya kesalahan praktis dilapangan kerja.

- SHOOTING SCHEDULE atau RENCANA SHOOTING
Setelah diperolehnya skenario Breakdown yang sempurna. Selangkah lagi staff produksi yang akan dibuat. Kini mereka mulai menetapkan kapan memulai shooting, dimana memulainya dan bagai mana memulainya.
Penyusunan rencana shooting ini bisa dilaksanakan dengan DUA cara :
Contoh Breakdown Master:
MASTER BREAKDOWN
SINETRON ANAK DRAMA MUSIKAL

“BOLA DAN BIOLA”

LOKASI : I . KEBUN BINATANG

NO
SETTING
SC

EXT

INT

P,S

SR,M

PEMAIN

PROPERTY

COSTUM

JML
HAL

KETERANGAN

01
LAPANGAN KEBUN BINATANG
03
E
S
- Dian
Beberapa Uang lembaran seribu rupiah

½
Dian memanggil nama-nama hewan, sambil tangannya menunjuk kehewan- hewan tsb.


08
E
S
- Dian
S d a

1
Dian berlari dari kandang- kekandang memanggil nama-nama Hewan, satu persatu sambil bergerak pindah ke hewan berikutnya.

- Story Line

Langkah selanjutnya yaitu membuat Story Line atau garis besar cerita yang akan di shooting. Berbeda dengan master breakdown, story line hanya menjelaskan Scene, Visual dan Audio.

- Rapat Produksi
Setelah scenario dan seluruh kebutuhan produksi sudah siap, langkah selanjutnya mengadakan rapat produksi. Dari sini akan muncul angka-angka untuk biaya produksi dan crew yang nanti siap membantu dalam sebuah produksi film.
- Hunting Lokasi
Setelah ditentukan lokasi/ setting film nya, mencari lokasi menjadi pekerjaan selanjutnya. Dalam hunting lokasi harus diperhatikan berbagai resikonya, misalnya akomodasi, transportasi dan keamanan. Setting yang ditentukan scenario harus betul-betul layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Adapun crew yang ikut dalam hunting lokasi antara lain ;
a.       Sutradara
b.      Asisten Sutradara
c.       Pencatat Adegan (Script)
d.      Penata Kamera
e.       Penata Suara
f.       Penata Visual (Penata Artistik)
g.      Unit Manager.

- CASTING PEMAIN
Karena kita  membicarakan prosedur produksi dan casting merupakan salah satu bagiannya, casting atau penempatan peran yaitu pencarian pemain yang dilakukan oleh sutradara beserta staff yang dilakukan dengan berbagai prtimbangan baik karakter fisik atau non fisik.
Contoh Form Analisa Karakter Peran (Analisa Casting) :

No

NAMA TOKOH / PERAN

KARAKTER FISIK

KARAKTER NON FISIK

01
LARAS
ABG – 17 Tahun, Cantik, putih, Tinggi, langsing, Mata Sayu
Cerdas, Agresif, gampang bergaul, labil
02
RONI
Gagah, Tegap, tinggi, Jago bela diri, 25 tahun
Cerdas, Agresif, penuh perhatian, Wartawan kriminal.

2.      PRODUKSI
Setelah proses pra produksi sudah kelar maka dilanjutkan dengan proses produksi film. Proses ini meliputi jalanya shooting atau pengambilan gambar. Proses ini di komando oleh seseorang yang sering kita kenal dengan sebutan sutradara. Dalam proses ini hampir 80% crew produksi terlibat, mulai dari sutradara, Astrada, pencatat adegan, penata kamera, penata audio, penata artistik, pimpinan produksi, penata rias, penata kostum, helper, hingga artis. Kesemuanya bekerjasama menjadi sebuah team dengan memikul tanggung jawab masing-masing dalam menjalankan tugasya.
Pada umumnya masa yang dilalui sebuah unit produksi atau satuan pembuatan film, disebut masa shooting. Istilah inilah yang paling populer dikalangan orang film Indonesia. Apa saja yang berlangsung pada masa ini ? Pada saat produksi lagi diselenggarakan, maka pemain sebagai salah satu materi dalam pembuatan film/ sinetron, paling banyak bekerja diwaktu ini. Disinilah partisipasi aktif  serta kreatifnya disertakan. Berdasarkan schedule kerja  yang disusun, maka berbagai adegan dibagi sesuai penjadwalannya. Sebuah kalender kerja menjadi pegangan seluruh awak produksi dan artis/ pemain. Anggota- anggota unit dibawah pimpinan unit manager, dibawah pengarahan seorang pimpinan produksi akan menyediakan berbagai logistik kerja. Mereka harus membagi waktu setepat-tepatnya, karena kecepatan kerja sebuah unit produksi menentukan besar kecilnya biaya yang akan digunakan.

3.      PASCA PRODUKSI.
Istilah ini merupakan suatu persenyawaan ejaan bahasa Inggris dan Indonesia. Sesungguhnya harus saya kemukakan disini dalam bentuk aslinya; POST PRODUCTION.
Kata dan istilah ini kurang kita gunakan dalam praktek. Biasanya tahapan ini dikatakan sebagai TAHAPAN PENYELESAIAN. Suka-suka, tahapan ini ditulis dengan kata “prosesing”; ini kalau kita baca koran.Mungkin istilah PURNA PRODUKSI bisa kita populerkan bagi pengertian yang diberikan pada seluruh tahap pengerjaan film setelah dilakukannya shooting.
Secara sepintas dapat dikemukakan disini beberapa tahap pekerjaan yang dilakukan pada purna produksi.    

SHOOTING REPORT

Setelah shooting, negatif diproses (cuci & cetak) dilaboratorium. Diperolehlah apa yang kita sebut dan kenal dengan istilah RUSH COPY – masih ada yang menyabutkannya dengar. Istilah work copy atau mungkin ada yang mengatakan ini dengan istilah work copy atau daylies  Rush copy ini dibawa ketempat  kerjanya  Editor / Penyuting. Disana, dengan  mengacukan  diri  pada  berbagai  catatan  harian  yang  dibuat  pencatat  skrip, seorang   asisten  penyuting  akan  melaksanakan  pekerjaan  SHOOTING REPORT.
Shooting Report ini , merupakan tahapan awal dari seluruh pekerjaan penyutingan. Shot dari seluruh adegan yang terdapat pada  jalur film, akan dipilih-pilih, dipotong-potong; sesuai dengan tanda yang terdapat pada permukaan film. Semuanya ini akan dipersiapkan berdasarkan administrasi yang berlaku diruang penyutingan. Disiapkan untuk digunakan oleh penyuting sebagai bahan, materi, yang akan dipersinambungkan untuk membentuk sebuah cerita yang mengalir.

PENYUNTING:

Umum kita gunakan istilah EDITING. Ada yang menyatakan ini dengan kata MONTAGE dan kini, istilah Penyunting kita usahakan agar dapat menjadi kata-kata yang berasal dari bahasa Inggris dan Perancis ini. Maksud dan niatnya sama. Yakni suatu pekerjaan kreatif yang dilaksanakan penyuting dalam menyusun film tersebut.
Pekerjaan ini secara awam sering ditafsirkan sebagai pekerjaan sambung menyambung berbagai shots yang ada. Dilihat sepintas lalu memang demikian. Gunting disini,sambung disana. Tapi pada hakekatnya, berbagai faktor harus diperhatikan si penyunting, untuk menyusun melalui merakit berbagai shots yang diperolehnya, agar berbagai action dan gerak yang ada di dalam shots, menjadi suatu kesatuan yang bersinambungan.

Bilamana berbagai adegan telah tersusun dan terbentuk, maka kembali si penyunting dan asistennya mempersiapkan berbagai material ini ke dalam bentuk loops (sering dipakai looping). Ini merupakan suatu pekerjaan dimana berbgai adegan dipilih-pilih dan dibangun,dengan perantara sebuah leader ke dalam suatu bentuk “temu gelang”,  Ini diperlukan untuk pelaksanaan pengisian suara yang umumnya kita dengar dalam praktek kerja sebagai tahap dubbing(after recording).

Kalau film dishoot dengan sekaligus merekam juga suara si pemain (dialog) ; maka pekerjaan penyuntingan akan dilakukan sekaligus antara gambar dan suaranya.


DUBBING :

       

Tentu pekerjaan ini telah pernah kita alami. Fungsi pemain dalam hal ini adalah agar ia telah siap dengan hafalan berbagai dialog yang harus diucapkannya.
Untuk mendapatkan hasil optimal; pemain jangan terburu-buru berusaha mengisikannya. Dari dirinya diharapkan agar ia melakukan dulu proses “lip reading”  atau  “membaca bibir”. Ini dapat dilakukannya, kalau ia telah hafal benar akan dialog yang harus diucapkannya. Pada tahap membaca bibir ini, secara fisiologis ia harus menempatkan dirinya sebagai orang tuli.
Bagi orang yang pendengarannya terganggu, perbuatan membaca bibir orang yang diajak bicara, merupakan perbuatan yang umum.
Bila si pemain telah dapat membaca bibir yang terdapat pada gambarnya yang disorotkan ke atas layar; barulah ia mulai mengikutinya.
Seorang dubber yang cekatan atau trampil, tidak akan menunggu sampai bibir bergerak. Tapi ia akan selalu berusaha agar tetap “senyawa” dengan gambar. Sehingga suara tidak menyusul atau tertinggal. Ataupun suara terlalu cepat dikeluarkan. Terlalu sering dan mudah kita praktekkan agar penyelarasan suara dapat dilakukan  editor. Ia dapat membantu, tapi ini bukanlah pekerjaan utamanya. Karena bila seluruh penyelarasan kata demikata harus dikerjakan penyunting, maka pada umumnya akanterasatersendat-sendatnya suara. Sinkronisasi, bukanlah penyelarasan kata demi kata.

SINKRONISASI SUARA :
Suara dialog, yang terdapat dalam setiap shot, loop atau adegan harus diselaraskan dengan gerak yang terdapat pada gambar.
Bilamana dalam sebuah film terdapat 600 shot, dan film ini merupakan film dialog, maka dapat dibayangkan betapa sukar dan rumitnya pekerjaan si penyunting.
Dalam tahap penyelesaian film, pekerjaan penyelerasaan yang umum kita kenal dengan sinkronisasi, akan menyita waktu yang tidak sedikit

SOUND EFFECTS:
Bunyi bunyian yang selalu menyertai gambar dalam film yang kita dengar, disebut sound effect atau mungkin istilah “suara suasana”  atau  “suara kesan”  bisa kita populerkan. Biar bagaimanapun, suara asli yang terekam pada saat kejadiaan belum tentu tepat digunakan dalam sebuah film. Maka dirasakan perlu untuk membuatnya. Diusahakanlah merekam tiruannya yang dapat membangkitkan  “kesan”  bagi si penonton. Suara kesan atau sound effect ini, mempunyai fungsi pula dalam sebuah usaha bercerita dengan film. Ia merupakan unsur yang juga dapat memberikan informasi, dan tidak saja berasal dari sumber yang tampak digambar. Bisa saja sutradara mengisikan suara kesan yang sumbernya tak tampak pada gambar. Untuk adegan-adegan seperti inilah, pada saat shooting, sutradara, memintakan pada pemainnya untuk memberikan aksi atau reaksi terhadap suara yang didengarnya.

MUSIK  :
Musik dalam film bisa hadir dalam bentuk; musik sebagai pengiring pembangkit kesan sebuah adegan. Tapi bisa juga ia hadir sebagai elemen yang dirasakan langsung oleh si pemain pada saat shooting.
Dalam tahap penyelesaian, musik akan diisikan oleh sutradara dengan kerjasama dengan pencipta atau pengarah musik atau melalui jasa seorang discjokey kalau ia menggunakan materi musik dari khasanah perpustakaan musik (music library). Bisa juga pemain ketika shooting harus mengikuti musik, baik dalam melaksanakan gerak atau nyanyi. Inilah yang kita kenal dengan istilah Play Back.

MIXING  :
Bilamana semua unsur suara : seperti pembicara/dialog sound effect/suara kesan dan musik telah tersusun dalam berbagai jalur suara. Maka kini sampailah kita pada tahap mempersatukan semua jalur suara kedalam satu jalur. Pekerjaan ini yang berlangsung pada tahap purna produksi, disebut MIXING atau RECORDING dan malah istilah DUBBING sesungguhnya bermakna pekerjaan ini. Pekerjaan ini dilaksanakan juru suara dibawah pengarahan sutradara. Berbagai jalur suara diputar serentak bersama gambar. Kemudian juru suara, atas arahan sutradara memberikan berbagai nuansa, melalui memperkeras dan memperlembut isi (volume) suara.

PRINTING  :
      Bilamana semua suara telah berada dalam satu jarur suara menetis, dan kemudian dipindah alihkan kejalur suara optik. Maka kini gambar yang telah tersusun melalui penyuntingan, dan kemudian negatifnya juga dirakit berdasarkan mengacaukan pekerjaannya pada susunan gambar positifnya; film siap untuk dicetak. Pencetakan ini atau printing, dilaksanakan di labolatorium. Setelah itu, negatif film baik suara maupun gambar; bila telah tercetak keatas positif, dicuci atau proses. Setelah melalui tahap pencucian dan pengeringan, kini film telah siap untuk dilihat dan didengar. Dan selesailah berbagai tahapan teknis dan praktis yang harus dilalui sebuah hasil karya imajinasi manusia yang namanya film.

RELEASE   :                         
Pada hakekatnya kata bahasa Inggris ini berarti “pembebasan, pelepasan”. Memang , bila kita ditelusuri pembuatan film, ada kesan berlangsungnya proses pembangunan bentuk, sehingga akhirnya berwujud utuh. Dengan selesainya berbagai tahap itu, ada kesan, kini karya itu mencapai tahap akhirnya dan “lahirlah” ia, terbebaskanlah ia dari suatu proses pembentukan wujudnya. Kini ia baru bernama FILM atau nama lainnya. Mulai saat itu ia akan bertutur melalui dirinya. Ia akan berekspresi melalui wujudnyayang utuh itu.
Itu sebabnya, mengapa tidak bisa dikatakan sebuah sekenario, adalah film. Juga tidak mungkin kita mengetahui baik buruknya film, bagus tidaknya atau menyenangkan tidaknya sebuah film, hanya berdasarkan cerita orang, membacanya disebuah resensi atau pernah mendengar dari si Fulan mengenainya mengenainya.Sebuah film harus dilihat. Ditonton dan dibaca, sebagaimana kita membaca huruf tercetak diberbagai kesempatan, sehingga baru dapat memahaminya. Itupun masih diperlukan kemahiran, untuk membaca yang tersirat dibalik yang tersurat. Pada kurun waktu release inilah, film akan mulai disiapkan untuk disensor, dan kemudian diedarkan, sehingga ia baru memenuhi fungsinya sebagai sebuah media.
dikutip dari:  http://amarsuteja.blogspot.co.id/2012/07/mengenal-produksi-film.html

0 komentar:

Posting Komentar