1.
PRA PRODUKSI
Apa saja
yang berlangsung pada masa pra produksi ini ?
- Ide
Ide
merupakan cikal bakal sebuah film. Dari Ide sederhana kita bisa membuat film/
sinetron yang bagus, yang banyak ditonton orang. Pastikan anda sudah
siap untuk memulai membuat film/sinetron dengan modal sebuah ide cerita.
- Riset
Selanjutnya agar Ide anda tadi lebih menarik alangkah
baiknya jika anda melakukan riset (kecil-kecilan) agar ide yang sudah ada tadi
didukung oleh data dan fakta. Ini cukup penting dilakukan karena penonton film
sekarang ini cukup kritis.
- Basic Story
adalah sebuah dasar cerita yang akan dikemukakan mulai
dari awal episode hingga episiode akhir.
- Sinopsis
adalah sebuah ringkasan. Ia bisa saja terdiri dari
beberapa kalimat singkat yang memberikan gambaran singkat mengenai apa yang
akan dikemukakan dalam setiap episode atau cerita lepas.
- Treatment
Setelah sinopsis, biasanya dikembangkan lah pembuatan
sebuah hasil karya tulis baru yang disebut treatment. Dalam sebuah
treatment telah dapat dilihat perkembangan jalur cerita. Berbagai situasi utama
yang akan berlangsung dalam perkembangan jalur cerita film /sinetron terdapat
dalam sebuah treatment. Dan ada
kalanya berbagai dialog penting telah juga ditulis kedalamnya.
- Skenario
Skenario merupakan proses
kreatif dalam pembuatan sebuah
film/sinetron. Ia merupakan rancangan utama sebuah film/sinetron. Secara teori,
skenario juga dinamakan script atau screenplay. Skenario merupakan salah satu
element yang paling penting, Bisa saja terjadi berbagai perubahan baik atas
isi, motivasi, tekanan atau dialog dalam tahapan persiapan, dan mungkin saja
ketika pelaksanaan pembuatan film/sinetron.
Berdasarkan pengalaman kita di Indonesia terdapat dua
gaya penulisan skenario untuk film/sinetron :
- Gaya Amerika serikat, dimana dia lebih mirip dengan naskah sandiwara, dimana dialog dan petunjuk-petunjuk pengadegan saling bergantian. Pengarahan pangung kamera hampir tak tertera, terkecuali bila ada yang amat prinsipil.
- Gaya Eropa, dimana halaman skenario terbagi dua kolom, dibagian kiri halaman terdapat berbagai keterangan tentang kamera, baik posisi maupun sudut pengambilannya. Sedangkan di sebelah kanan dapat dibaca dialognya dan berbagai keterangan mengenai musik dan suara-suara suasana (sound effects).
- SKENARIO BREKDOWN (Master
Breakdown) atau PEMILIHAN SKENARIO
Selama masa pra produksi, sutradara dan staffnya sudah
bekerja. Salah satu bidang kegiatan kerja mereka adalah melaksanakan apa yang
disebut SkenarioBreakdown. Breakdown
ini dikerjakan dengan satu konsep utama; demi efisiensi. Bukan karena ingin
membingungkan orang. Pada ini dilihatlah berapa adegan yang bermain didalam
(Interior)berapa banyak di luar (exterior) ; dimana ia berlangsung; apa saja
yang terdapat didalamnya; siapa saja yang berperan didalamnya, apa yang
digunakan mereka dsb nya.
Tujuan dari
dibuatnya breakdown master agar menjadi pengetahuan bersama bagi mereka yang
bekerja. Tidak ada satu detail –pun yang boleh terlewatkan, karena ini akan
besar efek nya bagi efisiensi. Semakin rapi pekerjaan breakdown, semakin
efisien unit produksi itu akan bekerja dan semakin berkurang berlangsungnya
kesalahan praktis dilapangan kerja.
- SHOOTING SCHEDULE atau RENCANA
SHOOTING
Setelah diperolehnya skenario Breakdown yang sempurna. Selangkah lagi staff produksi yang akan
dibuat. Kini mereka mulai menetapkan kapan memulai shooting, dimana
memulainya dan bagai mana memulainya.
Penyusunan
rencana shooting ini bisa dilaksanakan dengan DUA cara :
Contoh Breakdown Master:
MASTER BREAKDOWN
SINETRON ANAK DRAMA MUSIKAL
“BOLA DAN BIOLA”
LOKASI : I . KEBUN BINATANG
NO
|
SETTING
|
SC
|
EXTINT |
P,SSR,M |
PEMAIN |
PROPERTY |
COSTUM |
JML
HAL
|
KETERANGAN |
01
|
LAPANGAN KEBUN BINATANG
|
03
|
E
|
S
|
-
Dian
|
Beberapa Uang lembaran seribu rupiah
|
½
|
Dian memanggil
nama-nama hewan, sambil tangannya menunjuk kehewan- hewan tsb.
|
|
08
|
E
|
S
|
-
Dian
|
S
d a
|
1
|
Dian berlari dari kandang- kekandang memanggil
nama-nama Hewan, satu persatu sambil bergerak pindah ke hewan berikutnya.
|
- Story Line
Langkah selanjutnya yaitu membuat Story Line atau garis besar cerita yang akan di shooting. Berbeda dengan master breakdown, story line hanya menjelaskan Scene, Visual dan Audio.
- Rapat Produksi
Setelah scenario dan seluruh kebutuhan produksi sudah
siap, langkah selanjutnya mengadakan rapat produksi. Dari sini akan muncul
angka-angka untuk biaya produksi dan crew yang nanti siap membantu dalam sebuah
produksi film.
- Hunting Lokasi
Setelah ditentukan lokasi/ setting film nya, mencari
lokasi menjadi pekerjaan selanjutnya. Dalam hunting lokasi harus diperhatikan berbagai resikonya, misalnya
akomodasi, transportasi dan keamanan. Setting yang ditentukan scenario
harus betul-betul layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Adapun crew
yang ikut dalam hunting lokasi antara lain ;
a.
Sutradara
b.
Asisten Sutradara
c.
Pencatat Adegan (Script)
d.
Penata Kamera
e.
Penata Suara
f.
Penata Visual (Penata Artistik)
g.
Unit Manager.
- CASTING PEMAIN
Karena kita
membicarakan prosedur produksi dan casting merupakan salah satu
bagiannya, casting atau penempatan peran yaitu pencarian pemain yang dilakukan
oleh sutradara beserta staff yang dilakukan dengan berbagai prtimbangan baik
karakter fisik atau non fisik.
Contoh Form Analisa Karakter
Peran (Analisa Casting) :
No |
NAMA TOKOH / PERAN |
KARAKTER FISIK |
KARAKTER NON FISIK |
01
|
LARAS
|
ABG
– 17 Tahun, Cantik, putih, Tinggi, langsing, Mata Sayu
|
Cerdas,
Agresif, gampang bergaul, labil
|
02
|
RONI
|
Gagah,
Tegap, tinggi, Jago bela diri, 25 tahun
|
Cerdas,
Agresif, penuh perhatian, Wartawan kriminal.
|
2.
PRODUKSI
Setelah proses pra produksi sudah
kelar maka dilanjutkan dengan proses produksi film. Proses ini meliputi jalanya
shooting atau pengambilan gambar. Proses ini di komando oleh seseorang yang
sering kita kenal dengan sebutan sutradara. Dalam proses ini hampir 80% crew
produksi terlibat, mulai dari sutradara, Astrada, pencatat adegan, penata
kamera, penata audio, penata artistik, pimpinan produksi, penata rias, penata
kostum, helper, hingga artis. Kesemuanya bekerjasama menjadi sebuah team dengan
memikul tanggung jawab masing-masing dalam menjalankan tugasya.
Pada umumnya masa yang dilalui sebuah unit produksi
atau satuan pembuatan film, disebut masa shooting. Istilah inilah yang paling
populer dikalangan orang film Indonesia. Apa saja yang berlangsung pada masa
ini ? Pada saat produksi lagi diselenggarakan, maka pemain sebagai salah satu
materi dalam pembuatan film/ sinetron, paling banyak bekerja diwaktu ini.
Disinilah partisipasi aktif serta kreatifnya
disertakan. Berdasarkan schedule kerja
yang disusun, maka berbagai adegan dibagi sesuai penjadwalannya. Sebuah kalender kerja menjadi pegangan
seluruh awak produksi dan artis/ pemain. Anggota- anggota unit dibawah pimpinan
unit manager, dibawah pengarahan seorang pimpinan produksi akan menyediakan
berbagai logistik kerja. Mereka harus membagi waktu setepat-tepatnya, karena
kecepatan kerja sebuah unit produksi menentukan besar kecilnya biaya yang akan
digunakan.
3.
PASCA PRODUKSI.
Istilah ini
merupakan suatu persenyawaan ejaan bahasa Inggris dan Indonesia. Sesungguhnya
harus saya kemukakan disini dalam bentuk aslinya; POST PRODUCTION.
Kata dan
istilah ini kurang kita gunakan dalam praktek. Biasanya tahapan ini dikatakan
sebagai TAHAPAN PENYELESAIAN. Suka-suka, tahapan ini ditulis dengan kata
“prosesing”; ini kalau kita baca koran.Mungkin istilah PURNA PRODUKSI bisa kita
populerkan bagi pengertian yang diberikan pada seluruh tahap pengerjaan film
setelah dilakukannya shooting.
Secara
sepintas dapat dikemukakan disini beberapa tahap pekerjaan yang dilakukan pada
purna produksi.
SHOOTING REPORT
Setelah shooting, negatif diproses (cuci & cetak)
dilaboratorium. Diperolehlah apa yang kita sebut dan kenal dengan istilah RUSH
COPY – masih ada yang menyabutkannya dengar. Istilah work copy atau mungkin ada
yang mengatakan ini dengan istilah work copy atau daylies Rush copy ini dibawa ketempat kerjanya
Editor / Penyuting. Disana, dengan
mengacukan diri pada
berbagai catatan harian
yang dibuat pencatat
skrip, seorang asisten penyuting
akan melaksanakan pekerjaan
SHOOTING REPORT.
Shooting Report ini , merupakan tahapan awal dari
seluruh pekerjaan penyutingan. Shot dari seluruh adegan yang terdapat pada jalur film, akan dipilih-pilih,
dipotong-potong; sesuai dengan tanda yang terdapat pada permukaan film.
Semuanya ini akan dipersiapkan berdasarkan administrasi yang berlaku diruang
penyutingan. Disiapkan untuk digunakan oleh penyuting sebagai bahan, materi,
yang akan dipersinambungkan untuk membentuk sebuah cerita yang mengalir.
PENYUNTING:
Umum kita gunakan istilah
EDITING. Ada yang menyatakan ini dengan kata MONTAGE dan kini, istilah
Penyunting kita usahakan agar dapat menjadi kata-kata yang berasal dari bahasa
Inggris dan Perancis ini. Maksud dan niatnya sama. Yakni suatu pekerjaan
kreatif yang dilaksanakan penyuting dalam menyusun film tersebut.
Pekerjaan ini secara awam sering
ditafsirkan sebagai pekerjaan sambung menyambung berbagai shots yang ada.
Dilihat sepintas lalu memang demikian. Gunting disini,sambung disana. Tapi pada
hakekatnya, berbagai faktor harus diperhatikan si penyunting, untuk menyusun
melalui merakit berbagai shots yang diperolehnya, agar berbagai action dan
gerak yang ada di dalam shots, menjadi suatu kesatuan yang bersinambungan.
Bilamana berbagai adegan telah tersusun dan terbentuk, maka kembali si penyunting dan asistennya mempersiapkan berbagai material ini ke dalam bentuk loops (sering dipakai looping). Ini merupakan suatu pekerjaan dimana berbgai adegan dipilih-pilih dan dibangun,dengan perantara sebuah leader ke dalam suatu bentuk “temu gelang”, Ini diperlukan untuk pelaksanaan pengisian suara yang umumnya kita dengar dalam praktek kerja sebagai tahap dubbing(after recording).
Kalau film dishoot dengan sekaligus merekam juga suara si pemain (dialog) ; maka pekerjaan penyuntingan akan dilakukan sekaligus antara gambar dan suaranya.
DUBBING :
Tentu pekerjaan ini telah pernah kita alami. Fungsi
pemain dalam hal ini adalah agar ia telah siap dengan hafalan berbagai dialog
yang harus diucapkannya.
Untuk mendapatkan hasil optimal; pemain jangan
terburu-buru berusaha mengisikannya. Dari dirinya diharapkan agar ia melakukan
dulu proses “lip reading” atau “membaca bibir”. Ini dapat dilakukannya,
kalau ia telah hafal benar akan dialog yang harus diucapkannya. Pada tahap
membaca bibir ini, secara fisiologis ia harus menempatkan dirinya sebagai orang
tuli.
Bagi orang yang pendengarannya terganggu, perbuatan
membaca bibir orang yang diajak bicara, merupakan perbuatan yang umum.
Bila si pemain telah dapat membaca bibir yang terdapat pada gambarnya
yang disorotkan ke atas layar; barulah ia mulai mengikutinya.
Seorang
dubber yang cekatan atau trampil, tidak akan menunggu sampai bibir bergerak.
Tapi ia akan selalu berusaha agar tetap “senyawa” dengan gambar. Sehingga
suara tidak menyusul atau tertinggal. Ataupun suara terlalu cepat dikeluarkan.
Terlalu sering dan mudah kita praktekkan agar penyelarasan suara dapat
dilakukan editor. Ia dapat membantu,
tapi ini bukanlah pekerjaan utamanya. Karena bila seluruh penyelarasan kata
demikata harus dikerjakan penyunting, maka pada umumnya
akanterasatersendat-sendatnya suara. Sinkronisasi, bukanlah penyelarasan kata
demi kata.
SINKRONISASI SUARA
:
Suara dialog, yang terdapat dalam setiap shot, loop
atau adegan harus diselaraskan dengan gerak yang terdapat pada gambar.
Bilamana dalam sebuah film terdapat 600 shot, dan film ini merupakan film
dialog, maka dapat dibayangkan betapa sukar dan rumitnya pekerjaan si
penyunting.
Dalam tahap penyelesaian film, pekerjaan penyelerasaan
yang umum kita kenal dengan sinkronisasi, akan menyita waktu yang tidak sedikit
SOUND EFFECTS:
Bunyi bunyian yang selalu menyertai gambar dalam film
yang kita dengar, disebut sound effect atau mungkin istilah “suara
suasana” atau “suara kesan”
bisa kita populerkan. Biar bagaimanapun, suara asli yang terekam pada
saat kejadiaan belum tentu tepat digunakan dalam sebuah film. Maka dirasakan
perlu untuk membuatnya. Diusahakanlah merekam tiruannya yang dapat membangkitkan “kesan”
bagi si penonton. Suara kesan atau sound effect ini, mempunyai fungsi
pula dalam sebuah usaha bercerita dengan film. Ia merupakan unsur yang juga
dapat memberikan informasi, dan tidak saja berasal dari sumber yang tampak
digambar. Bisa saja sutradara mengisikan suara kesan yang sumbernya tak tampak
pada gambar. Untuk adegan-adegan seperti inilah, pada saat shooting, sutradara,
memintakan pada pemainnya untuk memberikan aksi atau reaksi terhadap suara yang
didengarnya.
MUSIK :
Musik dalam film bisa hadir dalam bentuk; musik sebagai
pengiring pembangkit kesan sebuah adegan. Tapi bisa juga ia hadir sebagai
elemen yang dirasakan langsung oleh si pemain pada saat shooting.
Dalam tahap penyelesaian, musik akan diisikan oleh
sutradara dengan kerjasama dengan pencipta atau pengarah musik atau melalui
jasa seorang discjokey kalau ia menggunakan materi musik dari khasanah
perpustakaan musik (music library). Bisa juga pemain ketika shooting harus
mengikuti musik, baik dalam melaksanakan gerak atau nyanyi. Inilah yang kita
kenal dengan istilah Play Back.
MIXING :
Bilamana semua unsur suara : seperti pembicara/dialog
sound effect/suara kesan dan musik telah tersusun dalam berbagai jalur suara.
Maka kini sampailah kita pada tahap mempersatukan semua jalur suara kedalam satu
jalur. Pekerjaan ini yang berlangsung pada tahap purna produksi, disebut MIXING
atau RECORDING dan malah istilah DUBBING sesungguhnya bermakna
pekerjaan ini. Pekerjaan ini dilaksanakan juru suara dibawah pengarahan
sutradara. Berbagai jalur suara diputar serentak bersama gambar. Kemudian juru
suara, atas arahan sutradara memberikan berbagai nuansa, melalui memperkeras
dan memperlembut isi (volume) suara.
PRINTING :
Bilamana
semua suara telah berada dalam satu jarur suara menetis, dan kemudian dipindah
alihkan kejalur suara optik. Maka kini gambar yang telah tersusun melalui
penyuntingan, dan kemudian negatifnya juga dirakit berdasarkan mengacaukan
pekerjaannya pada susunan gambar positifnya; film siap untuk dicetak.
Pencetakan ini atau printing, dilaksanakan di labolatorium. Setelah itu,
negatif film baik suara maupun gambar; bila telah tercetak keatas positif,
dicuci atau proses. Setelah melalui tahap pencucian dan pengeringan, kini film
telah siap untuk dilihat dan didengar. Dan selesailah berbagai tahapan teknis
dan praktis yang harus dilalui sebuah hasil karya imajinasi manusia yang
namanya film.
RELEASE :
Pada hakekatnya kata bahasa Inggris ini berarti
“pembebasan, pelepasan”. Memang , bila kita ditelusuri pembuatan film, ada kesan
berlangsungnya proses pembangunan bentuk, sehingga akhirnya berwujud utuh.
Dengan selesainya berbagai tahap itu, ada kesan, kini karya itu mencapai tahap
akhirnya dan “lahirlah” ia, terbebaskanlah ia dari suatu proses pembentukan
wujudnya. Kini ia baru bernama FILM atau nama lainnya. Mulai saat itu ia akan
bertutur melalui dirinya. Ia akan berekspresi melalui wujudnyayang utuh itu.
Itu sebabnya, mengapa tidak bisa
dikatakan sebuah sekenario, adalah film. Juga tidak mungkin kita mengetahui
baik buruknya film, bagus tidaknya atau menyenangkan tidaknya sebuah film,
hanya berdasarkan cerita orang, membacanya disebuah resensi atau pernah
mendengar dari si Fulan mengenainya mengenainya.Sebuah film harus dilihat.
Ditonton dan dibaca, sebagaimana kita membaca huruf tercetak diberbagai
kesempatan, sehingga baru dapat memahaminya. Itupun masih diperlukan kemahiran,
untuk membaca yang tersirat dibalik yang tersurat. Pada kurun waktu release
inilah, film akan mulai disiapkan untuk disensor, dan kemudian diedarkan, sehingga
ia baru memenuhi fungsinya sebagai sebuah media.
dikutip dari: http://amarsuteja.blogspot.co.id/2012/07/mengenal-produksi-film.html
0 komentar:
Posting Komentar